Asal-usul dan Penyebaran Lele
Lele
merupakan salah satu jenis ikan yang tidak memeliki sisik pada permukaan
tubuhnya. Ikan jenis ini hanya dapat dijumpai di 2 benua, yaitu di Afrika dan
Asia. Ikan ini memiliki nama internasional catfish
karena lele memiliki sejumlah kumis di sekitar mulutnya, mirip dengan kumis
yang dimiliki kucing.
Ikan
ini memiliki nama yang berbeda-beda disetiap negara. Orang Afrika menyebut lele
dengan mali, di Thailand ikan ini
memiliki nama plamond, di Malaysia
disebut dengan ikan keli, sedangkan
di Jepang dikenal dengan ca tre trang.
Jenis-jenis lele yang ada di dunia sangat banyak, tetapi saat ini ada beberapa
jenis yang mungkin hampir punah sehingga sulit untuk dijumpai. Beberapa jenis
lele yang ada adalah Clarias sp, Clarias
lazera, Clarias dumereli, Clarias mosambicus, Clarias anguillaris, Clarias
senegallensis, dan Clarias gariepenus.
Di
Asia penyebaran lele meliputi Indonesia, Thailand, Filipina, dan Cina. Teknik
budidayanya saat ini telah berkembang, tidak hanya di kolam konvensional tetapi
juga di kolam alternatif. Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, Birma,
India, Vietnam, Laos, dan Kamboja merupakan negara di Asia yang telah berhasil
membudidayakan lele.
Di Indonesia
sendiri ada beberapa jenis lele yang dikenal, diantaranya adalah Clarias batrachus, Clarias melanoderma,
Clarias neuhofi, dan Clarias
teijsmani. Lele lokal yang biasa dikenal adalah Clarias batrachus, sedangkan lele yang populer dikalangan
pembudidaya lele adalah Clarias
gariepenus yang merupakan nama latin dari lele dumbo.
Lele
dumbo menjadi salah satu jenis lele yang paling diminati untuk dibudidayakan
karena jenis ini memiliki tubuh bongsor dan pertumbuhannya yang cepat. Lele
dumbo pertama kali masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta, setelah
didatangkan dari Taiwan pada tahun 1986. Sejak saat itu lele ini menjadi
terkenal dan menyebar ke seluruh penjuru tanah air karena semakin tingginya
minat masyarakat pada lele ini.
Jenis-jenis Lele Unggul
1.
Lele Dumbo (Clarias
gariepenus)
Jika
anda memperhatikan ikan lele di restoran, wareung tenda, supermarket, atau
tempat-tempat lain yang menjual lele, hampir bisa dipastikan bahwa itu adalah
lele dumbo. Meskipun bila dibandingkan dengan lele lokal, lele dumbo tidak
mampu menandingi gurihnya lele lokal. Akan tetapi karena pertumbuhan lele lokal
yang sangat lambat, maka petani enggan untuk mebudidayakan jenis lele ini.
Kata
“dumbo” diperkirakan berasal dari kata “jumbo” yang berarti besar, karena lele
dumbo memang bisa mencapai ukuran yang sangat besar dan perkembangannya sangat
cepat. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dengan lele lokal dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Perbandingan
Ukuran Lele Dumbo dengan Lele Lokal.
Kemudian
darimanakah sebenarnya lele dumbo atau Clarias
gariepenus ini berasal, apakah dari Afrika karena C. gariepenus merupakan
jenis lele yang hidup di Kenya? Konon, menurut beberapa pakar perikanan, lele
dumbo merupakan hasil perkawinan antara induk betina asli Taiwan dengan induk
jantan asal Kenya. Namun literatur lain mengatakan bahwa lele dumbo berasal
dari Afrika dan bukan hasil persilangan.
2.
Lele Sangkuriang
Lele
sangkuriang merupakan salah satu jenis lele unggul yang ada saat ini. Jika
dibandingkan dengan lele dumbo biasa, pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa benih lele sangkuriang pada umur 21
hari mampu mencapai panjang 5,4 cm. Padahal dalam waktu yang sama rata-rata
panjang benih lele dumbo adalah 2,9 cm.
Tetapi
sayangnya lele sangkuriang dikembangkan hanya khusus untuk pembesaran saja,
bukan sebagai calon indukan. Hal ini dikarenakan keturunan lele sangkuriang
akan menurun kualitasnya, sehingga bila dibesarkan dan dijadikan calon induk
maka hasil keturunannya akan memiliki kualitas yang kurang baik. Berbeda halnya
dengan lele dumbo yang keturnannya bisa besarkan dan dijadikan sebagai calon
indukan. Sehingga bagi petani yang ingin menambah jumlah induk lele
sangkuriang, harus membeli ke Balai Benih Ikan milik pemerintah. Pada tabel di
bawah ini disajikan perbandingan tingkat pertumbuhan, konversi pakan, dan
tingkat kelangsungan hidup lele sangkuriang dengan lele lokal.
Perbandingan
Tingkat Pertumbuhan Lele Sangkuriang dan Lele Lokal.
Lele
sangkuriang adalah hasil rekayasa genetik dengan mengawinkan induk betina lele
dumbo generasi ke dua (F2) dan induk jantan lele dumbo generasi ke enam (F6).
Induk betina dumbo F2 merupakan koleksi dari Balai Besar Pengembangan Budidaya
air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Induk tersebut berasal dari keturunan ke dua lele
dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara induk jantan F6
merupakan koleksi dari BBPBAT Sukabumi.
Menurut
informasi yang beredar, nama sangkuriang terinspirasi dari cerita rakyat Jawa
Barat tentang kisah asmara Sangkuriang dengan ibu kandungnya Dayang Sumbi. Hal
yang mirip dengan perkawinan lele tersebut yang terjadi antara induk betina
dengan keturunan jantannya.
3.
Lele Pithon
Lele
ini berasal dari persilangan antara induk betina eks Thailand atau lele D89F2
dengan induk jantan lele dumbo F6. Lele ini memiliki keunggulan yang hampir
sama dengan lele sangkuriang, yaitu pertumbuhannya yang cepat dan seragam,
tingkat kelangsungan hidup tinggi, dan relatif tahan terhadap penyakit.
Lele
pithon pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Teja Suwarna, Sonar
Raja Jati, dan Wawan Setiawan dari Pandeglang, Banten pada tahun 2004. Lele
pithon memiliki ciri-ciri yang khas berupa bentuk kepala mirip ular yang pipih
memanjang dengan mulut kecil. Untuk ciri-ciri lele pithon selengkapnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
A.
Ciri-ciri Fisik Lele
Untuk
mengindentifikasi lele sebenarnya cukup mudah. Kita dapat melihat dari
ciri-ciri fisiknya yaitu badannya yang licin dan berlendir, tidak bersisik,
kemudian di sekitar mulut memiliki beberapa pasang kumis/sungut. Adapun bentuk
dan ciri-ciri lele selengkapnya adalah sebagai berikut :
1.
Bagian Kepala
Bentuk
kepala lele yaitu memipih ke bawah (depressed) dengan panjang sekitar ¼ dari panjang
tubuhnya. Pada bagian kepala ini terdapat rongga yang letaknya di atas insang.
Pada rongga inilah terdapat organ yang disebut labirin/aborescent. Melalui
organ ini lele mampu mengambil oksigen bebas dari udara dengan cara menyembul
kepermukaan air.
Mulut
lele dilengkapi gigi yang berupa permukaan kasar pada bagian mulut depan.
Selain itu lele juga memiliki 4 pasang sungut di sekiotar mulutnya yang terdiri
dari sepasang sungut mandibular luar, sepasang sungut mandibular dalam,
sepasang sungut nasal, dan sepasang sungut maxiliar. Sebagai indra penciuman
lele memiliki sepasang lubang hidung (nostrils) yang sangat peka dengan
rangsangan bau. Lele juga memiliki sepasang mata yang mampu mendeteksi warna
obyek yang dilihatnya. Untuk memfokuskan pandangan, lensa mata dapat bergerak
keluar masuk. Jadi sebagai salah satu ikan predator, lele dilengkapi dengan
organ-organ yang komplit.
Gambar Kepala
Lele
2.
Bagian Badan
Lele
memiliki bentuk tubuh yang spesifik dan sangat mudah dibedakan dengan jenis
ikan lain, seperti nila, mas, gurame, ataupun bawal. Lele bertubuh bulat
memanjang dan tidak bersisik.
Jika diamati
secara seksama, maka terdapt tiga potongan bentuk tubuh ikan lele, yaitu pipih
ke bawah pada bagian kepala, bulat memanjang pada bagian tubuh dan pipih ke
samping pada bagian belakang.
3.
Bagian Sirip Ekor
Lele
mempunyai 5 buah sirip yang terdiri dari sirip dada, sirip punggung, sirip
perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip
punggung memanjang hingga mencapai pangkal sirip ekor. Sedangkan sirip ekor
berbentuk bulat sebagai alat gerak utama. Sementara sirip perut berada di
bagian bawah berbentuk membulat. Selain itu juga terdapat sirip dada yang
dilengkapi sepasang duri tajam yang biasa disebut dengan patil.
B.
Habitat, Lingkungan Ideal, dan tingkah Laku Lele
Habitat
hidup lele di alam adalah di sungai, rawa, danau, telaga, atau genangan air
yang cukup dalam. Lele lebih menyukai perairan yang tenang dan tidak berarus
deras. Pada siang hari lele cenderung berada berlindung di sarang, dan lebih
aktif mencari makan pada malam hari karena lele bersifat nocturnal. Perairan yang ideal bagi habitat lele adalah sebagai
berikut :
Di alam lele
memakan makanan alami seperti kutu air dan binatang renik lain. Lele juga
memiliki sifat kanibal, yakni memakan sejenisnya yang memiliki ukuran lebih
kecil. Pertumbuhan lele juga sangat cepat, oleh sebab itu lebih disukai untuk
dibudidayakan.
C.
Perkembangbiakan Lele di Alam
Secara
alami diperairan seoerti sungai dan telaga, lele berkembang biak di awal musim
penghujan. Pada musim tersebut, volume air sungai akan meningkat dan
menyebabkan jumlah plankton meningkat. Para ahli menduga, hal inilah yang
merangsang lele untuk memijah.
Proses
pemijahannya yang pertama induk lele akan mencari tempat yang sesuai untuk
melakukan pemijahan, biasanya perairan yang tenang dan terlindungi. Kemudian
induk betina akan mengeluarkan telur di bebatuan atau tumbuhan air yang ada.
Setelah itu giliran induk jantan mengeluarkan cairan sperma untuk membuahi
sel-sel telur yang ada. Setelah 2 – 3 hari kemudian, telur-telur tersebut akan
menetas.
Tetapi
tingkat kelulusan hidup (survival rate)
larva lele di alam sangat rendah. Hal ini karena kondisi perairan yang
berubah-ubah dan ketersediaan makanan juga tidak selalu melimpah. Selain itu
juga keberadaan predator sangat mempengaruhi jumlah larva yang mampu bertahan
hidup di alam.
D.
Kandungan Gizi Lele
Lele
memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, selain itu dagingnya juga memiliki
tekstur yang empuk dan rasa yang gurih. Komposisi kandungan pada daging lele
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Kandungan
gizi lele per 500 gram
Besarnya
kandungan gizi pada daging lele membuat ikan ini sangat direkomendasikan untuk
dikonsumsi. Selain bermanfaat bagi kesehatan, juga berguna bagi perkembangan
kecerdasan otak. Lele juga bisa disebut ikan rakyat, karena harganya yang murah
sehingga dapat dijangkau semua kalangan.
E.
Klasifikasi Lele
Klasifikasi
lele berdasarkan ilmu taksonomi adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Silaroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar