Rabu, 31 Januari 2018

TIPS MEMULAI USAHA BUDIDAYA LELE



A.  Perencanaan dan Persiapan
Banyak yang mengatakan kalau usaha budidaya lele relatif mudah dilaksanakan yaitu tinggal membuat kolam, mengisi air, menebar benih, memberikan makan, akan tetapi tidak semudah itu kenyataanya. Diperlukan perencanaan dan persiapan mengenai modal, pemilihan lahan, teknologi yang akan digunakan, pasar, hingga analisa usahanya perlu dilakukan. Berikut ini penjelasan mengenai perencanaan dan persiapan usaha budidaya lele :


1.  Kesiapan Modal
Modal merupakan hal yang harus dipersiapkan jika ingin memulai suatu usaha, termasuk usaha budidaya lele. Pada bisnis budidaya lele, besarnya modal yang diperlukan tergantung pada jumlah dan luas kolam yang akan dibuat dan jumlah lele yang akan ditebar. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi biaya produksi dan biaya operasional, seperti pembelian pakan dan pupuk.
Jumlah modal yang diperlukan bisa diperkirakan dengan mencari referensi-referensi baik dari buku maupun bertanya langsung dari orang yang telah berpengalaman dalam usaha ini. Modal bisa didapat dari dana pribadi seperti tabungan maupun dari pinjaman. Jika modal berasal dari pinjaman bank, perlu diperhitungkan perkiraan waktu pengembaliannya dan prosentase bunga yang ditawarkan.
2.  Pemilihan Lahan
a. Lokasi
Lokasi budidaya lele yang dipilih sebaiknya memiliki keunggulan dari segi ekonomi maupun sosial. Segi ekonomi maksudnya lokasi yang dipilih hendaknya memiliki akses pemasaran yang mudah, sehingga tidak perlu biaya ekstra untuk melakukan panen dan proses-proses lainnya.
Sedangkan dari kacamata sosial, sebaiknya usaha budidaya lele yang dilakukan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, atau bahkan bisa diikuti oleh warga lain sehingga mampu memberikan suatu peluang usaha. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila usaha yang Anda tekuni berkembang dengan baik.
b. Ketersediaan Air
Ketersediaan air di lahan yang akan dijadikan kolam merupakan hal yang wajib diperhatikan meskipun dalam budidaya lele tidak harus sering melakukan pergantian air. Adapun sumber air yang bisa digunakan adalah air yang berasal dari sungai, saluran irigasi, ataupun sumur. Kualitas air juga perlu diperhatikan, seperti air harus jernih, tidak berbau, tidak asin, dan bebas dari pencemaran zat kimia.
c. Struktur Tanah
Tanah yang baik untuk dijadikan kolam adalah yang dapt menahan air dengan baik atau tidak porous. Jenis tanah yang paleng baik yaitu tanah lempung berpasir. Akan tetapi, tanah porous pun saat ini tetap bisa digunakan lokasi budidaya lele dengan menggunakan terpal sebagai bahan pembuatan kolam.
3. Penyiapan Teknologi yang Digunakan
      Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah persiapan teknologi yang akan digunakan, karena melalui teknologi ini bisa didapatkan hasil yang maksimal. Teknologi budidaya lele dapat diperoleh dari buku-buku maupun dengan bertanya langsung kepada orang yang telah berpengalaman dibidang ini. Jika dalam melaksanakan bisnis ini anda mempekerjakan karyawan, sebaiknya pilih orang yang telah memiliki pengeatahuan atau kemampuan dibidang budidaya lele.
     Perlu diketahui, dalam budidaya lele teknologi yang digunakan tidak boleh merusak sumber daya alam yang ada. Penggunaan bahan-bahan kimia sebisa mungkin dikurangi, seperti penggunaan pupuk ataupun obat-obatan kimia. Bahan-bahan tersebut besar kemungkinan memiliki dampak negatif bagi lingkungan.
4. Melakukan Analisis Usaha
      Analisa usaha yaitu perhitungan mengenai biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan usaha budidaya lele, seperti biaya pembelian benih (untuk pembesaran), penyediaan indukan (untuk pembenihan), pembelian pakan, honor tenaga kerja, serta biaya investasi kolam serta peralatan yang dibutuhkan. Seluruh variabel yang ada harus ikut dihitung agar hasil analisa usaha yang dilakukan valid. Perlu diperhitungkan juga harga jual lele yang akan dihasilkan ditingkat petani, hal ini untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan menghasilkan keuntukngan atau tidak.
5. Proyeksi Pasar dan Strategi Pemasaran
      Pasar merupakan tujuan akhir dari usaha budidaya lele yang dilaksanakan. Keuntungan dapat diperoleh jika lele yang dihasilkan teserap pasar. Oleh sebab itu, proyeksi pasar dan strategi pemasaran tidak boleh luput dari perhatian.
Proyeksi pasar berarti meraba-raba calon pembeli lele hasil budidaya. Sedangkan strategi pemasaran yaitu trik-trik yang bisa dilakukan untuk menarik pembeli atau pasar. Tidak sedikit pembudidaya yang terpaksa gulung tikar, bukan karena produktifitasnya yang rendah tetapi justru lele yang dihasilkan tidak terserap pasar dengan baik.

B.  Menentukan Segmentasi Usaha Budidaya Lele
Dalam dunia usaha budiaya lele, dikenal 2 segmen usaha yaitu pembenihan dan pembesaran. Biasanya pelaku usaha budidaya lele lebih memilih fokus diantara dua segmen tersebut, karena keduanya memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Namun jika keduanya bisa dilakukan bersama-sama, tentunya keuntungan yang dihasilkan akan berlipat ganda.
1. Usaha Pembenihan Lele
                   Pembenihan lele merupakan kegiatan budidaya lele yang bertujuan menghasilkan benih lele ukuran tertentu. Usaha ini bisa dilkaukan di kolam tembok, kolam terpal, akuarium, maupun bak fiberglass. Kegiatan usaha pembenihan meliputi pemilihan induk, pemeliharaan induk, persiapan kolam pemijahan, teknik pemijahan induk lele, penetasan telur, pemeliharaan larva, hingga pendederan.
                   Benih lele yang memiliki tingkat perminataan pasar yang tinggi yaitu benih dengan ukuran    5 – 7 cm, 7 – 9 cm, atau 9 – 13 cm. Benih-benih tersebut sudah siap untuk dipelihara di kolam-kolam untuk dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi.
2.  Usaha Pembesaran Lele
                   Pembesaran lele merupakan kegiatan budidaya lele baik secara intensif maupun semi intensif untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi, yaitu 8 – 12 ekor/kg. Ciri-ciri pembesaran lele secara intensif yaitu pemilihan padat tebar yang sangat tinggi, yakni 200 – 350 ekor/m3. Pakan yang digunakan sepenuhnya mengandalkan pelet pabrik, tanpa pakan tambahan.
                   Sedangkan pembesaran lele semi intansif memiliki ciri umum padat tebar yang digunakan 150 – 200 ekor/m3. Selain pelet, pada pembesaran lele sistem ini juga mengandalkan pakan tambahan seperti ikan rucah, keong mas, bekicot, dan limbah peternakan ayam.


3.  Melakoni Usaha Pembenihan dan Pembesaran Lele
        Menjalankan usaha pembenihan dan pembesaran lele secara bersama-sama tentu membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Meskipun jarang dilakukan oleh petani, tetapi beberapa masih ada yang melakukan. Syarat utama menjalankan bisnis tersebut yaitu tersedianya lahan yang cukup luas. Selain itu juga diperlukan tambahan tenaga kerja, karena akan sangat sulit menjalankan usaha ini tanpa bantuan tenaga.
        Kelebihan menjalankan usaha pembenihan dan pembesaran sekaligus adalah keuntungan finansial yang bisa didapat akan jauh lebih besar. Hal ini karena kebutuhan benih untuk usaha pembesaran dapat dipenuhi sendiri tanpa harus membeli. Mungkin pengalaman dari para petani di Kampung Lele Boyolali bisa digunakan. Benih yang dihasilkan oleh para petani dijual semuanya, sedangkan kebutuhan benih untuk pembesaran didatangkan dari daerah lain yang harganya jauh lebih murah.

C.  Peralatan Pendukung untuk Budidaya Lele
1.  Ember Plastik
Pada usaha budidaya lele, ember plastik biasanya memiliki dua fungsi. Saat budidaya lele sedang berlangsung, ember plastik digunakan sebagai tempat penyimpanan pakan pelet. Sedangkan saat panen, bisa digunakan sebagai wadah untuk menampung lele yang telah dipanen.
2.  Keranjang Plastik
Seperti halnya ember plastik, keranjang plastik juga memiliki dua fungsi. Fungsi yang pertama untuk menampung lele saat panen. Keranjang diletakan di dasar kolam, kemudian setelah penuh bisa langsung diangkat dan ditimbang. Fungsi kedua yaitu sebagai saringan saat penydotan air kolam agar lele tidak ikut tersedot. Keranjang plastik ini mampu menampung lele sebanyak 50 kg.
3.  Baskom Plastik Berlubang
Baskom plastik berlubang digunakan pada waktu penyaringan benih (sortir) untuk menentukan ukuran benih yang diinginkan. Ukuran lubangnya bervariasi, sesuai dengan ukuran benih lele.
4.  Pompa Diesel dan Slang Plastik
Penggunaan pompa diesel ini tidak mutlak diperlukan, bisa disesuaikan dengan kondisi lokasi budidaya lele. Jika kolam tidak memiliki lubang pembuangan, maka pompa diesel ini  diperlukan untuk menyedot air. Begitu pula jika letak sumber air jauh, maka untuk mengalirkan air hingga ke kolam diperlukan pompa diesel.
5.  Seser
Seser merupakan jaring yang dibentuk sedemikian rupa yang fungsinya untuk menangkap ikan dan membersihkan dasar kolam dari sampah atau kotoran yang ada. Pegangan atau gagang seser biasanya terbuat dari besi atau kayu.
6.  Hapa
Hapa merupakan jaring dengan ukuran yang cukup besar untuk menampung lele setelah panen. Hapa juga bisa digunakan sebagai alat tangkap jika panen dilakukan hanya sebagian saja, yaitu tanpa pengeringan kolam terlebih dahulu. Ukuran hapa yang ada di pasaran yaitu 3 x 4 m dan 2 x 5 m, dengan kedalaman 1 m. Untuk hapa dengan ukuran 3 x 4 m harganya Rp. 300.000,-.
7.  Piring Plastik
Melakukan penebaran pakan dalam jumlah banyak, tentu tidak efisien bila hanya menggunakan tangan. Oleh sebab itu, biasanya petani menggunakan piring plastik ketika pemberian pakan di kolam. Piring plastik dipilih karena permukaannya cukup luas dan tidak terlalu cekung, sehingga pakan yang disebar bisa merata.
8.  Sabit dan Cangkul
Alat-alat ini banyak digunakan ketika proses sanitasi lingkungan kolam. Jika kolam berada dilokasi terbuka seperti areal persawahan, maka apabila tidak dilakukan sanitasi lingkungan akan tumbuh rumput atau gulma. Rumput dan gulma merupakan sarang bagi hama lele, seperti ular linsang, dan sebagainya.
9.  Wadah Penampung untuk Seleksi
Wadah penampung biasanya menggunakan terpal yang dipasang pada kayu, sehingga berbentuk seperti kolam kecil. Fungsinya untuk menampung lele saat panen sambil dilakukan seleksi (grading) untuk memisahkan tiap-tiap ukuran lele.
10.  Alat Timbang
Seperti namanya, alat timbang atau timbangan digunakan untuk menimbang benih atau lele yang telah lolos seleksi. Alat ini sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya lele.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA