Jumat, 28 September 2018

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN LELE







Proses pemijahan atau pembenihan pada ikan lele dapat dilakukan dngan 3 (tiga) teknik, yaitu :
1.   Teknik pemijahan secara intensif (induce breeding) dengan menyuntikkan hormon ovaprim / hipofisa pada induk betina
2.   Teknik pemijahan secara semi intensif (induce spawning)  pengurutan telur dan sperma
3.   Teknik pemijahan secara alami

1.      TEKNIK PEMIJAHAN SECARA INTENSIF (INDUCE INBREEDING)

Teknik pemijahan secara intensif (induce breeding) atau lebih dikenal dengan teknik hipopisasi adalah teknik pemijahan yang dilakukan dengan menyuntikkan hormon ovaprim/hipofisa pada induk lele betina.
Tata laksana pemijahan dengan metoda ini terdiri dari pemilihan induk, pengambilan kelenjar hipofisa, penyuntikan induk betina, pengambilan sperma, pembuahan sel telur, penetasan telur dan pemeliharaan larva.


a.         Pemilihan Induk
Induk ikan lele harus dipilih yang siap memijah, bentuknya normal dengan memperhatikan alat kelaminnya. Khusus dalam memilih induk betina yang siap dipijahkan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perutnya lunak dan mengembang.
1.    Berok induk jantan dan betina secara terpisah selama 1-2 hari ke dalam bak atau kolam induk.
2.    Setelah 24 jam induk betina harus disuntik dengan kelenjar hipofisa.


b.         Pengambilan Kelenjar Hipofisa

Kelenjar hipofisa dapat diambil dari ikan lele sendiri dan juga ikan mas. Apabila diambil dari ikan lele, maka untuksetiap ekor induk betina diperlukan 2 ekor ikan lele donor yang beratnya rata-rata 500 gram. Ikan lele yang dijadikan donor sebaiknya induk jantan, agar selain diambil hipofisanya juga dapat dimanfaatkan spermanya.
Kelenjar hipofisa diambil 1 jam sebelum digunakan. Cara pengambilan kelenjar hipofisa adalah sebagai berikut :
1)    Pilih ikan lele dumbo jantan yang akan diambil hipofisanya.
2)    Bunuh ikan lele tersebut, lalu potong kepalanya
3)    Bagian kepala tadi dibuka tengkorak kepalanya secara hati-hati
4)    Ambil kelenjar hipofisanya yang berwarna putih kemetahan di bagian otak
5)    Taruh kelenjar hipofisa tadi ke dalam mortar berisi 2 ml larutan garam fisiologis. Larutan tersebut dibuat dengan cara melarutkan 9 gram garam meja ke dalam 1 liter air yang sudah disaring.
6)    Geruslah segera kelenjar hopofisa tersebut dalam alat penggerus.
7)    Sedotlah larutan hipofisa dengan spluit atau alat penyuntik.

c.         Penyuntikan Induk betina

Penyuntikan kelenjar hipofisa dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1)    Gunakan spluit atau alat penyuntik yang dilengkapi dengan jarum sepanjang 2,5 – 3 cm dengan diameter 0,6-0,7 mm/
2)    Buanglah udara di dalam spuit tersebut dengan cara menekan bagian pangkal alat penyuntik.
3)    Ambil induk lele betina, lalu tutup bagian kepala ikan tersebut dengan handuk.
4)    Suntiklah ikan lele betina pada bagian punggungnya sedalam 2-2,5 cm dengan sudut antara 30º-40º ke arah ekor.
5)    Taruhlah induk lele tersebut ke dalam bak atau drum selama 12 jam sampai semua telur menjadi matang dan berovulasi.

Gambar 1. Penyuntikan Induk Betina

d.         Pengambilan Sperma
Sperma dibutuhkan untuk membuahi telur dari induk betina. Pengambilan sperma dari induk jantan tidak dapat dilakukan dengan stripping tetapi melalui pembedahan.
Pengambilan sperma dengan cara pembedahan dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1)    Mula-mula induk lele jantan diletakkan di atas telenan. Kemudian bedah perut ikan dengan gunting secara hati-hati tanpa merusak organ bagian dalam.
2)    Keluarkan dengan hati-hati 2 buah kantung sperma yang berwarna putih, lalu keringkan dengan kertas tissue. Jagalah kantung sperma tersebut jangan sampai terkena air atau terlalu kering. Apabila terkena air, maka 30-60 detik kemudian kemampuan sperma untuk membuahi telur akan hilang.
3)    Gunting kantong sperma, lalu sperma tersebut dimasukkan ke dalam botol yang sudah diisi dengan 5 ml larutan garam fisiologis sambil dikocok-kocok perlahan-lahan.
4)    Sperma tersebut dapat langsung digunakan atau disimpan sampai 2 hari dalam botol tertutup rapat dan diletakkan di dalam lemari espada suhu 4.


Gambar 2. Pengambilan Sperma Induk Jantan

e.         Pembuahan Telur
Telur ikan lele betina dapat dibuahi dengan sperma ikan lele jantan. Tata cara membuahi telur ikan lele adalah sebagai berikut :
1)     Kumpulkan telur dari induk betina ke dalam baskom. Caranya adalah dengan menekan bagian perut induk betina perlahan-lahan sampai telur dalam peutnya habis. Hati-hati jangan sampai keluar darah.
2)     Induk ikanyang sudah dikeluarkan telurnyasegera dimasukkan ke dalam larutan formalin 50 ppm – 150 ppm selama 3 jam sebelum dikembalikan ke kolam induk.
3)     Ambil botol yang berisi sperma, lalu tuangkan isinya di atas telur.
4)     Goyang-goyang wadah atau baskom yang berisi telur tadi selama beberapa menit.
5)     Tambahkan segera air bersih, lalu aduk dengan menggunakan bulu ayam sampai merata.

f.          Pentasan Telur

Telur lele yang telah dibuahi dapat langsung ditetaskan dalam bak penetasan (inkubator). Tata cara menetaskan telur adalah sebagai berikut :
1)    Siapkan bak penetasan telur, kemudian didisinfeksi selama kurang lebih 30 menit.
2)    Tuangkan telur yang telah dibuahi ke dalam bak penetasan (inkubator) secara merata agar telur-telur tersebut tidak saling melekat.
3)    Beberapa menit setelah pembuahan, telur akan menyerap air.
4)    Alirkan air ke dalam inkubator dengan debit 1 – 3 liter/menit.
5)    Setelah 20 – 57 jam telur akan menetas. Proses penetasan telur tergantung pada temperatur.
6)    Selama penetasan, telur harus selalu di cek. Telur yang sehat berwarna hijau kecoklatan. Jika ada telur yang berwarna putih harus segera dibuang, untuk menghindarkan berkembangnya jamur.
7)    Telur yang menetas biasanya berkisar antara 50 – 80 %.

2.      TEKNIK PEMIJAHAN SEMI INTENSIF ( INDUCE SPAWNING)

Teknik pemijahan secara semi intensif hampir sama dengan teknik pemijahan secara intensif. Pemijahan tetap dilakukan dengan bantuan manusia. Penyuntikan dengan hormon atau kelenjar hipofisa masih tetap dilakukan. Caranya, sama persis dengan penyuntikan pada teknik pemijahan secara intensif.
Perbedaan mendasar antara pemijahan secara semi intensif dan intensif terletak pada proses pemijahan yang berjalan alami. Induk jantan tetap dibiarkan hidup, tidak dibunuh dan hanya diambil spermanya seperti pada pemijahan secara intensif.
Penyuntikan induk lele menggunakan hormon ovaprim atau kelenjar hipofisa pada pemijahan semi intensif biasanya dilakukan pada sore hari. Dengan harapan, setelah kedua induk dimasukkan sore hari ke dalam bak atau kolam pemijahan, biasanya pemijahan akan terjadi pada malam harinya.
Setelah induk jantan dan betina selesai disuntik, segera kedua induk tersebut dipindahkan ke kolam pemijahan yang telah disiapkan. Di kolam tersebut, induk akan memijah secara alami. Selama pemijahan, induk betina akan mengeluarkan sel telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma. Selanjutnya, pembuahan akan terjadi di luar tubuh atau di dalam air.

3.         TEKNIK PEMIJAHAN ALAMI


Pada awalnya, pemijahan lele hanya mengenal satu teknik, yaitu teknik pemijahan secara alami (tradisional). Pemijahan ini merupakan teknik pemijahan yang hanya memerlukan sedikit campur tangan manusia.  Pemijahan dilakukan dengan cara dan alat yang sederhana. Kelebihan dari teknik pemijagan secara alami adalah biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Sebaliknya, kekurangannya adalah produksi benih lele kurang maksimal, sebab tidak digenjot dengan penerapan teknologi.
Prosedur pemijahan secara alami hampir sama dengan pemijahan semi intensif. Namun, pada pemijahan secara alami tidak dilakukan penyuntikan hormon perangsang, baik pada induk jantan maupun betina. Tahapan pemijahan alami adalah sebagai berikut :

1)     Mengisi air kolam
Setelah bak atau kolam pemijahan benar-benar bersih dan kering, isi kolam dengan air yang benar-benar bersih dan jernih. Kedalaman air 20 – 30 cm.

2)     Memasang kakaban
Setelah induk lele siap pijah dipilih kolam yang sudah diisi air, pasang kakaban di kolam. Kakaban ini nantinya akan menjadi tempat bagi telur-telur yang menempel. Agar kakaban tidak terapung, biasanya diberi pemberat dengan cara digantung menggunakan tali. Kedalaman kakaban dari permukaan air sekitar 10 cm.



Gambar 3. Pemasangan kakaban

3)     Memasukkan lele ke kolam pemijahan

Setelah pemasangan kakaban selesai dilakukan, masukkan indukan lele ke dalam kolampemijahan. Jumlah lele jantan yang dimasukkan cukup 1 ekor,  sedangkan lele betina bisa 2 ekor. Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan pada sore hari. Dengan asumsi, pada malam harinya lele akan melakukan pemijahan sendiri. Pada pagi hari, lele biasanya sudah bertelur.

4)     Memindahkan telur

Umumnya, pada pagi hari induk lele sudah bertelur sekitar pukul 05.00 – 06.00. langkah selanjutnya, segera pindahkan kakaban ke bak atau kolam penetasan yang sudah dipersiapkan. Jangan menunda-nunda waktu, sebab induk lele bisa memakan telur-telurnya sendiri.

Ada kalanya beberapa petani melakukna penetasan telur di kolam pemijahan. Jika hal ini dilakukan, tidak perlu memindahkan kakaban ke kolam lain. Justru yang dipindahkan ke kolam lain adalah induk lele. Setelah induk diambil, air di kolam pemijahan dikurangi setengahnya. Selanjutnya, ganti kekurangan air dengan air bersih yang baru. Sebab sisa-sisa sel telur dan sperma yang tersebar di kolam mengandung protein tinggi. Kandungan protein tersebut dapat membusuk di dalam air. Hal ini bisa mengakibatkan telur tidak menetas.


Gambar 4. Telur yang menempel pada kakaban


A.        PENETASAN TELUR

Setelah induk lele mengeluarkan telur-telurnya, selanjutnya menunggu proses penetasan telur. Baik pada pemijahan intensif, semi intensif, maupun pemijahan alami, penetasan telur dilakukan di wadah khusus, bisa di dalam kolam semen, kolam terpal plastik, fiberglass atau akuarium.
1)     Persiapan Kolam atau wadah penetasan telur

Wadah penetasan telur harus dilengkapi dengan aerator untuk menjaga sirkulasi air. Keberadaan aerator ini juga sebagai penyuplai oksigen terlarut. Perlu diingat, proses perkembangan telur hingga menetas memerlukan oksigen terlarut yang cukup.

2)     Proses Penetasan telur

Setelah telur dipindahkan ke dalam wadah penetasan telur (pada pemijahan secara alami dan semi intensif), atau campuran sel telur dan sperma sudah diletakkan dalam wadah penetasan (pada pemijahan secara intensif), tahap selanjutnya adalah mnunggu telur-telur tersebut menetas. Untuk penetasan telur induk lele, dibutuhkan oksigen terlarut yang cukup.

Selain itu, suhu air dipertahankan antara 25 - 28. Jika memungkinkan, pertahankan suhu air pada suhu yang paling optimum bagi lele, yaitu 27. Untuk mengukur suhu tersebut digunakan termometer. Untuk mengatasi susu yang terlalu rendah (dingin), pasang tenda yang terbuat dari terpal plastik di atas kolam pemijahan.

Umumnya telur-telur akan menetas sekitar 24 jam sejak peletakan telur di bak penetasan. Larva atau anakan lele sudah mulai terlihat bergerak-gerak. Ketika sampai pada fase ini yang sangat penting diperhatikan adalah sirkulasi air. Pasang aerator pada bak penetasan telur tersebut. Aerasi dapat membantu dalam membantu dalam menyuplai oksigen terlarut.

Setelah telur menetas, angkat kakaban secara perlahan. Sekali lagi perlu diperhatikan agar sirkulasi air tetap dijaga agar tidak terjadi pembusukan telur-telur yang gagal menetas. Kondisi umum air pasca penetasan telur memang kotor, karena itu sebaiknya air dikurangi sebagian, sekitar 10 – 15 cm lalu diganti dengan air baru yang jernih dan bersih.


B.           PEMELIHARAAN LARVA

Telur yang menetas akan berubah menjadi larva. Karakteristik larva lele adalah bentuknya seperti jarum kecil yang mempunyai kantung telur, ukurannya 5 mm – 7 mm dengan berat berkisar 1,2 – 3 mg. Larva-larva ini akan bergerombol dan berlindung di tempat gelap. Pada tahap ini sebaiknya bagian bak dekat saluran air pemasukan air ditutup, agar larva yang sehat berenang ke tempat gelap dan yang mati terbawa aliran air.
Pemeliharaan larva dilakukan dalam bak atau kolam pengipukan. Kegiatan pemeliharaan larva diutamakan pada pemberian pakan. Larva yang berumur 3 hari setelah menetas menggunakan sumber makanan dari kuning telur dalam badannya. Namun selanjutnya, pada saat kuning telur dalam tubuh larva habis, harus segera dibrikan makanan tambahan berupa kuning telur atau makanan alami, seperti retifera, artemia, moina maupun cacing tubifex.

Gambar 5. Cacing sutera (tubifex)

C.     PEMBESARAN BENIH

Benih berumur 3 hari tidak perlu diberi makan. Benih tersebut masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Setelah benih berumur 3-7 hari, benih tersebut akan mencari makan. Pada kondisi ini, pakan alami yang ada berupa plankton, jentik-jentik, dan kutu air.
Selain itu, pakan berupa cacing sutera atau pelet juga dapat diberikan pada benih tersebut. Pakan yang diberikan harus mempunyai ukuran yang disesuaikan dengan bukaan mulut benih, memiliki kandungan energi yang tinggi, dapat dicerna, dan tersedia dalam jumlah banyak. Cacing diletakkan pada tempat atau piring plastik dan diletakkan di setiap penjuru dasar kolam. Setelah berusia lebih dari 7 hari makanan benih diganti dengan makanan untuk benih berumur sampai dengan 10 hari. Benih yang sudah berumur lebih dari 10 hari bisa diberi pakan pelet 2 kali sehari setiap pagi dan sore.
Hal yang perlu kita diperhatikan dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :
1.    Pemberian pakan harus menyebar pada seluruh permukaan kolam supaya makanan terbagi merata sehingga pertumbuhan benih bisa merata.
2.    Jumlah pakan yang dibrikan disesuaikan dengan jumlah benih supaya makanan tidak banyak yang tersisa pada dasar kolam. Makanan yang tersisa menyebabkan kondisi kolam tidak sehat dan mendatangkan penyakit.

Pemberian pakan alami berlangsung selama sekitar 21 hari. Pemberian pakan harus merata, disebarkan di enam atau delapan titik di permukaan air. Hal ini karena aktivitas larva masih sangat terbatas. Pada hari ke 15, larva mulai diberi pakan pabrik atau pellet bubuk (pakan Formula). Namun pemberian pakan alami tetap dilakukan sampai hari ke-21. Pemberian pakan formula ini hanya sedikit dan sifatnya perkenalan (masa peralihan).  Pembrian pakan alami akan dihentikan total setelah hari ke-21.
Untuk menjaga agar benih tidak terserang penyakit, faktor kebersihan perlu diperhatikan dengan seksama. Kondisi air kolam harus selalu bersih dan segar dengan cara melakukan penggantian air dua hari sekali dan dikuras satu minggu sekali. Selain itu, pemberian multivitamin seperti probiotik juga dapat memperbaiki kualitas air kolam, meningkatkan nafsu makan benih, dan meminimalkan serangan penyakit.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA