Proses
pemijahan atau
pembenihan pada ikan lele dapat dilakukan dngan 3 (tiga) teknik, yaitu :
1. Teknik pemijahan secara intensif (induce
breeding) dengan menyuntikkan hormon ovaprim / hipofisa pada induk betina
2.
Teknik pemijahan secara semi intensif (induce
spawning) pengurutan telur dan
sperma
3.
Teknik pemijahan
secara alami
1. TEKNIK
PEMIJAHAN SECARA INTENSIF (INDUCE
INBREEDING)
Teknik
pemijahan secara intensif (induce
breeding) atau lebih dikenal dengan teknik hipopisasi adalah teknik
pemijahan yang dilakukan dengan menyuntikkan hormon ovaprim/hipofisa pada induk
lele betina.
Tata
laksana pemijahan dengan metoda ini terdiri dari pemilihan induk, pengambilan
kelenjar hipofisa, penyuntikan induk betina, pengambilan sperma, pembuahan sel
telur, penetasan telur dan pemeliharaan larva.
a.
Pemilihan Induk
Induk
ikan lele harus dipilih yang siap memijah, bentuknya normal dengan
memperhatikan alat kelaminnya. Khusus dalam memilih induk betina yang siap
dipijahkan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perutnya lunak dan mengembang.
1. Berok
induk jantan dan betina secara terpisah selama 1-2 hari ke dalam bak atau kolam
induk.
2. Setelah
24 jam induk betina harus disuntik dengan kelenjar hipofisa.
b.
Pengambilan Kelenjar Hipofisa
Kelenjar
hipofisa dapat diambil dari ikan lele sendiri dan juga ikan mas. Apabila
diambil dari ikan lele, maka untuksetiap ekor induk betina diperlukan 2 ekor
ikan lele donor yang beratnya rata-rata 500 gram. Ikan lele yang dijadikan
donor sebaiknya induk jantan, agar selain diambil hipofisanya juga dapat
dimanfaatkan spermanya.
Kelenjar
hipofisa diambil 1 jam sebelum digunakan. Cara pengambilan kelenjar hipofisa
adalah sebagai berikut :
1) Pilih
ikan lele dumbo jantan yang akan diambil hipofisanya.
2) Bunuh
ikan lele tersebut, lalu potong kepalanya
3) Bagian
kepala tadi dibuka tengkorak kepalanya secara hati-hati
4) Ambil
kelenjar hipofisanya yang berwarna putih kemetahan di bagian otak
5) Taruh
kelenjar hipofisa tadi ke dalam mortar berisi 2 ml larutan garam fisiologis. Larutan
tersebut dibuat dengan cara melarutkan 9 gram garam meja ke dalam 1 liter air
yang sudah disaring.
6) Geruslah
segera kelenjar hopofisa tersebut dalam alat penggerus.
7) Sedotlah
larutan hipofisa dengan spluit atau alat penyuntik.
c.
Penyuntikan Induk betina
Penyuntikan
kelenjar hipofisa dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1)
Gunakan spluit atau alat
penyuntik yang dilengkapi dengan jarum sepanjang 2,5 – 3 cm dengan diameter
0,6-0,7 mm/
2)
Buanglah udara di dalam
spuit tersebut dengan cara menekan bagian pangkal alat penyuntik.
3)
Ambil induk lele betina,
lalu tutup bagian kepala ikan tersebut dengan handuk.
4)
Suntiklah ikan lele betina
pada bagian punggungnya sedalam 2-2,5 cm dengan sudut antara 30º-40º ke arah
ekor.
5)
Taruhlah induk lele tersebut
ke dalam bak atau drum selama 12 jam sampai semua telur menjadi matang dan
berovulasi.
Gambar 1. Penyuntikan Induk Betina
d.
Pengambilan Sperma
Sperma
dibutuhkan untuk membuahi telur dari induk betina. Pengambilan sperma dari
induk jantan tidak dapat dilakukan dengan stripping tetapi melalui pembedahan.
Pengambilan
sperma dengan cara pembedahan dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1) Mula-mula
induk lele jantan diletakkan di atas telenan. Kemudian bedah perut ikan dengan
gunting secara hati-hati tanpa merusak organ bagian dalam.
2) Keluarkan
dengan hati-hati 2 buah kantung sperma yang berwarna putih, lalu keringkan
dengan kertas tissue. Jagalah kantung sperma tersebut jangan sampai terkena air
atau terlalu kering. Apabila terkena air, maka 30-60 detik kemudian kemampuan
sperma untuk membuahi telur akan hilang.
3) Gunting
kantong sperma, lalu sperma tersebut dimasukkan ke dalam botol yang sudah diisi
dengan 5 ml larutan garam fisiologis sambil dikocok-kocok perlahan-lahan.
4) Sperma
tersebut dapat langsung digunakan atau disimpan sampai 2 hari dalam botol
tertutup rapat dan diletakkan di dalam lemari espada suhu 4.
Gambar 2. Pengambilan Sperma Induk Jantan
e.
Pembuahan Telur
Telur
ikan lele betina dapat dibuahi dengan sperma ikan lele jantan. Tata cara
membuahi telur ikan lele adalah sebagai berikut :
1) Kumpulkan
telur dari induk betina ke dalam baskom. Caranya adalah dengan menekan bagian
perut induk betina perlahan-lahan sampai telur dalam peutnya habis. Hati-hati
jangan sampai keluar darah.
2) Induk
ikanyang sudah dikeluarkan telurnyasegera dimasukkan ke dalam larutan formalin
50 ppm – 150 ppm selama 3 jam sebelum dikembalikan ke kolam induk.
3) Ambil
botol yang berisi sperma, lalu tuangkan isinya di atas telur.
4) Goyang-goyang
wadah atau baskom yang berisi telur tadi selama beberapa menit.
5) Tambahkan
segera air bersih, lalu aduk dengan menggunakan bulu ayam sampai merata.
f.
Pentasan Telur
Telur
lele yang telah dibuahi dapat langsung ditetaskan dalam bak penetasan
(inkubator). Tata cara menetaskan telur adalah sebagai berikut :
1) Siapkan
bak penetasan telur, kemudian didisinfeksi selama kurang lebih 30 menit.
2) Tuangkan
telur yang telah dibuahi ke dalam bak penetasan (inkubator) secara merata agar
telur-telur tersebut tidak saling melekat.
3) Beberapa
menit setelah pembuahan, telur akan menyerap air.
4) Alirkan
air ke dalam inkubator dengan debit 1 – 3 liter/menit.
5) Setelah
20 – 57 jam telur akan menetas. Proses penetasan telur tergantung pada
temperatur.
6) Selama
penetasan, telur harus selalu di cek. Telur yang sehat berwarna hijau kecoklatan.
Jika ada telur yang berwarna putih harus segera dibuang, untuk menghindarkan
berkembangnya jamur.
7) Telur
yang menetas biasanya berkisar antara 50 – 80 %.
2. TEKNIK
PEMIJAHAN SEMI INTENSIF ( INDUCE SPAWNING)
Teknik
pemijahan secara semi intensif hampir sama dengan teknik pemijahan secara
intensif. Pemijahan tetap dilakukan dengan bantuan manusia. Penyuntikan dengan
hormon atau kelenjar hipofisa masih tetap dilakukan. Caranya, sama persis
dengan penyuntikan pada teknik pemijahan secara intensif.
Perbedaan
mendasar antara pemijahan secara semi intensif dan intensif terletak pada
proses pemijahan yang berjalan alami. Induk jantan tetap dibiarkan hidup, tidak
dibunuh dan hanya diambil spermanya seperti pada pemijahan secara intensif.
Penyuntikan
induk lele menggunakan hormon ovaprim atau kelenjar hipofisa pada pemijahan
semi intensif biasanya dilakukan pada sore hari. Dengan harapan, setelah kedua
induk dimasukkan sore hari ke dalam bak atau kolam pemijahan, biasanya
pemijahan akan terjadi pada malam harinya.
Setelah
induk jantan dan betina selesai disuntik, segera kedua induk tersebut
dipindahkan ke kolam pemijahan yang telah disiapkan. Di kolam tersebut, induk
akan memijah secara alami. Selama pemijahan, induk betina akan mengeluarkan sel
telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma. Selanjutnya, pembuahan akan
terjadi di luar tubuh atau di dalam air.
3.
TEKNIK PEMIJAHAN ALAMI
Pada
awalnya, pemijahan lele hanya mengenal satu teknik, yaitu teknik pemijahan
secara alami (tradisional). Pemijahan ini merupakan teknik pemijahan yang hanya
memerlukan sedikit campur tangan manusia.
Pemijahan dilakukan dengan cara dan alat yang sederhana. Kelebihan dari
teknik pemijagan secara alami adalah biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Sebaliknya, kekurangannya adalah produksi benih lele kurang maksimal, sebab
tidak digenjot dengan penerapan teknologi.
Prosedur
pemijahan secara alami hampir sama dengan pemijahan semi intensif. Namun, pada
pemijahan secara alami tidak dilakukan penyuntikan hormon perangsang, baik pada
induk jantan maupun betina. Tahapan pemijahan alami adalah sebagai berikut :
1)
Mengisi
air kolam
Setelah bak atau kolam
pemijahan benar-benar bersih dan kering, isi kolam dengan air yang benar-benar
bersih dan jernih. Kedalaman air 20 – 30 cm.
2)
Memasang
kakaban
Setelah induk lele siap
pijah dipilih kolam yang sudah diisi air, pasang kakaban di kolam. Kakaban ini
nantinya akan menjadi tempat bagi telur-telur yang menempel. Agar kakaban tidak
terapung, biasanya diberi pemberat dengan cara digantung menggunakan tali.
Kedalaman kakaban dari permukaan air sekitar 10 cm.
Gambar
3. Pemasangan kakaban
3)
Memasukkan
lele ke kolam pemijahan
Setelah pemasangan kakaban
selesai dilakukan, masukkan indukan lele ke dalam kolampemijahan. Jumlah lele
jantan yang dimasukkan cukup 1 ekor,
sedangkan lele betina bisa 2 ekor. Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan
pada sore hari. Dengan asumsi, pada malam harinya lele akan melakukan pemijahan
sendiri. Pada pagi hari, lele biasanya sudah bertelur.
4)
Memindahkan
telur
Umumnya, pada pagi hari
induk lele sudah bertelur sekitar pukul 05.00 – 06.00. langkah selanjutnya,
segera pindahkan kakaban ke bak atau kolam penetasan yang sudah dipersiapkan.
Jangan menunda-nunda waktu, sebab induk lele bisa memakan telur-telurnya
sendiri.
Ada kalanya beberapa petani
melakukna penetasan telur di kolam pemijahan. Jika hal ini dilakukan, tidak
perlu memindahkan kakaban ke kolam lain. Justru yang dipindahkan ke kolam lain
adalah induk lele. Setelah induk diambil, air di kolam pemijahan dikurangi
setengahnya. Selanjutnya, ganti kekurangan air dengan air bersih yang baru.
Sebab sisa-sisa sel telur dan sperma yang tersebar di kolam mengandung protein
tinggi. Kandungan protein tersebut dapat membusuk di dalam air. Hal ini bisa
mengakibatkan telur tidak menetas.
Gambar
4. Telur yang menempel pada kakaban
A.
PENETASAN TELUR
Setelah
induk lele mengeluarkan telur-telurnya, selanjutnya menunggu proses penetasan
telur. Baik pada pemijahan intensif, semi intensif, maupun pemijahan alami,
penetasan telur dilakukan di wadah khusus, bisa di dalam kolam semen, kolam
terpal plastik, fiberglass atau akuarium.
1)
Persiapan
Kolam atau wadah penetasan telur
Wadah penetasan telur harus
dilengkapi dengan aerator untuk menjaga sirkulasi air. Keberadaan aerator ini
juga sebagai penyuplai oksigen terlarut. Perlu diingat, proses perkembangan
telur hingga menetas memerlukan oksigen terlarut yang cukup.
2)
Proses
Penetasan telur
Setelah telur dipindahkan ke
dalam wadah penetasan telur (pada pemijahan secara alami dan semi intensif),
atau campuran sel telur dan sperma sudah diletakkan dalam wadah penetasan (pada
pemijahan secara intensif), tahap selanjutnya adalah mnunggu telur-telur
tersebut menetas. Untuk penetasan telur induk lele, dibutuhkan oksigen terlarut
yang cukup.
Selain
itu, suhu air dipertahankan antara 25 - 28.
Jika memungkinkan, pertahankan suhu air pada suhu yang paling optimum bagi
lele, yaitu 27.
Untuk mengukur suhu tersebut digunakan termometer. Untuk mengatasi susu yang
terlalu rendah (dingin), pasang tenda yang terbuat dari terpal plastik di atas
kolam pemijahan.
Umumnya
telur-telur akan menetas sekitar 24 jam sejak peletakan telur di bak penetasan.
Larva atau anakan lele sudah mulai terlihat bergerak-gerak. Ketika sampai pada
fase ini yang sangat penting diperhatikan adalah sirkulasi air. Pasang aerator
pada bak penetasan telur tersebut. Aerasi dapat membantu dalam membantu dalam
menyuplai oksigen terlarut.
Setelah
telur menetas, angkat kakaban secara perlahan. Sekali lagi perlu diperhatikan
agar sirkulasi air tetap dijaga agar tidak terjadi pembusukan telur-telur yang
gagal menetas. Kondisi umum air pasca penetasan telur memang kotor, karena itu
sebaiknya air dikurangi sebagian, sekitar 10 – 15 cm lalu diganti dengan air
baru yang jernih dan bersih.
B.
PEMELIHARAAN LARVA
Telur
yang menetas akan berubah menjadi larva. Karakteristik larva lele adalah
bentuknya seperti jarum kecil yang mempunyai kantung telur, ukurannya 5 mm – 7
mm dengan berat berkisar 1,2 – 3 mg. Larva-larva ini akan bergerombol dan berlindung
di tempat gelap. Pada tahap ini sebaiknya bagian bak dekat saluran air
pemasukan air ditutup, agar larva yang sehat berenang ke tempat gelap dan yang
mati terbawa aliran air.
Pemeliharaan
larva dilakukan dalam bak atau kolam pengipukan. Kegiatan pemeliharaan larva
diutamakan pada pemberian pakan. Larva yang berumur 3 hari setelah menetas
menggunakan sumber makanan dari kuning telur dalam badannya. Namun selanjutnya,
pada saat kuning telur dalam tubuh larva habis, harus segera dibrikan makanan tambahan
berupa kuning telur atau makanan alami, seperti retifera, artemia, moina maupun
cacing tubifex.
Gambar 5.
Cacing sutera (tubifex)
C. PEMBESARAN
BENIH
Benih
berumur 3 hari tidak perlu diberi makan. Benih tersebut masih mempunyai
cadangan makanan berupa kuning telur. Setelah
benih berumur 3-7 hari, benih tersebut akan mencari makan. Pada kondisi ini,
pakan alami yang ada berupa plankton, jentik-jentik, dan kutu air.
Selain
itu, pakan berupa cacing sutera atau pelet juga dapat diberikan pada benih
tersebut. Pakan yang diberikan harus mempunyai ukuran yang disesuaikan dengan
bukaan mulut benih, memiliki kandungan energi yang tinggi, dapat dicerna, dan
tersedia dalam jumlah banyak. Cacing diletakkan pada tempat atau piring plastik
dan diletakkan di setiap penjuru dasar kolam. Setelah berusia lebih dari 7 hari
makanan benih diganti dengan makanan untuk benih berumur sampai dengan 10 hari.
Benih yang sudah berumur lebih dari 10 hari bisa diberi pakan pelet 2 kali
sehari setiap pagi dan sore.
Hal
yang perlu kita diperhatikan dalam pemberian pakan adalah sebagai berikut :
1. Pemberian
pakan harus menyebar pada seluruh permukaan kolam supaya makanan terbagi merata
sehingga pertumbuhan benih bisa merata.
2. Jumlah
pakan yang dibrikan disesuaikan dengan jumlah benih supaya makanan tidak banyak
yang tersisa pada dasar kolam. Makanan yang tersisa menyebabkan kondisi kolam
tidak sehat dan mendatangkan penyakit.
Pemberian
pakan alami berlangsung selama sekitar 21 hari. Pemberian pakan harus merata,
disebarkan di enam atau delapan titik di permukaan air. Hal ini karena
aktivitas larva masih sangat terbatas. Pada hari ke 15, larva mulai diberi
pakan pabrik atau pellet bubuk (pakan Formula). Namun pemberian pakan alami
tetap dilakukan sampai hari ke-21. Pemberian pakan formula ini hanya sedikit
dan sifatnya perkenalan (masa peralihan).
Pembrian pakan alami akan dihentikan total setelah hari ke-21.
Untuk
menjaga agar benih tidak terserang penyakit, faktor kebersihan perlu
diperhatikan dengan seksama. Kondisi air kolam harus selalu bersih dan segar
dengan cara melakukan penggantian air dua hari sekali dan dikuras satu minggu
sekali. Selain itu, pemberian multivitamin seperti probiotik juga dapat
memperbaiki kualitas air kolam, meningkatkan nafsu makan benih, dan
meminimalkan serangan penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar