Kamis, 21 Desember 2017

BUDIDAYA IKAN SIDAT (bagian 2)


I.   PENDEDERAN SIDAT
a.      PERSIAPAN KOLAM
Kolam untuk pendederan 1 sebaiknya diletakkan di dalam ruangan (indoor). Hal ini bertujuan agar suhu bisa lebih stabil. Perbedaan suhu yang sangat mencolok antara siang dan malam akan kurang baik untuk sidat yang masih berukuran kecil karena daya daptasi terhadap suhu belum begitu sebaik sidat yang telah besar. Fluktuasi suhu yang tinggijuga akan mengakibatkan turuna nafsu makan sidat sehingga akan menbganggu pertumbuhannya sehingga akan menyebabkan lebih rentan terserang penyakit. Kolam pendederan 1 bisa menggunakan akuarium yang ditempatkan di dalam ruangan. Untuk kolam pendederan 2 dan 3 bisa diletakkan diluar ruangan karena sidat sudah cukuo kuat dalam menghadapi fluktuasi suhu.
Kegiatan persiapan kolam meliputi beberapa kegiatan antara lain adalah ;
1.    Pembersihan bak, dilakukan dengan menyikat inding bak dan dasar bak
2.    Pemberantasan penyakit dilakukan dengan menggosok dinding dan dasar kolam dengan busa yang telah dicelupkan ke dalam larutan kaporit 30-100 ppm. Bila tidak menggunakan kaporit bisa juga dilakukan dengan menggosokkan daun pepaya untuk membersihkan bibit-bibit penyakit.
3.    Pengeringan dilakukan selama 2 – 3 hari agar bisa benar-benar kering
4.    Pengisian air hingga ketinggian kurang lebih 30 cm. Pengisian air dilakukan menggunakan air yang telah ditandon.

b.    PENYIAPAN AIR PASOKAN
Air yang digunakan adalah air yang benar-banar berkualitas baik dan memenuhi sarat untuk kegiatan budidaya ikan sidat. Adapun kegiatan dalam penyiapan air adalah sebagai berikut ;
1.   Pengendapan
2.   Pembasmian bibit penyakit 
3.   Penyaringan lanjutan untuk memperoleh air yang benar-benar berkualitas baik
4.   Penampungan dalam tandon
c.    PENEBARAN ELVER
Sebelum dilakukan penebaran terlebih dahulu dilakukan adaptasi di dalam bak dengan menggunakan larutan + 10 ppt selama 24 jam. Cara adaptasi elver adalah sebagai berikut ;
1.   Siapkan bak dengan ukuran 4x2x1 meter dan diisi dengan air setinggi 60 cm
2.   Masukan 48 kg garam murni dan diaduk sampai merata
3.   Ukur suhunya dan samakan dengan suhu wadah elver
4.   Pasang aerasi disekeliling bak agar oksigen tetap terjamin.
Setelah 24 jam alirkan air untuk membuang sedikit demi sedikit partikel-partikel garam hingga kandungan garamnya menjadi nol atau menjadi tawar. Elver sudah siap ditebar
Penebaran benih sebaiknya adalah saat pagi hari yaitu pukul 0700 – 09.00 dimana suhu belum terlalu tinggi sehingga elver tidak stress akibat suhu tinggi.
Pemeliharaan elver sebaiknya dilakukan di dalam akuarium, hal ini bertujuan agar kita bisa mengamati secara jelas dan langsung tingkah laku tentang apa yang disukainya sehingga kita bisa mempunyai pengetahuan untuk bekal pembudidayaan pembesaran elver di dalam bak yang lebih besar.
d.    PEMBERIAN PAKAN
Pada saat glass eel dipindahkan ke tempat yang baru, permasalahan pertama yang muncul adalah elver tidak mau makan. Hal ini dikarenakan elver masih melakukan adaptasi terhadap suhu, kadar garam, kadar oksigen dalam lingkungan barunya. Untuk mengatasinya puasakan elver selama 2 – 3 hari baru kemudian elver diberi pakan.
              Selanjutnya diberikan pakan berupa campuran pur halus dan sedikit cacing sutera dalam jumlah sedikit lalu diblender agar mengembang. Kemudian dimasukan ke dalam wadah atau keranjang kecil dan dibiarkan di dalam kolam agar sidat glass eel belajar mengetahui tempat makannya.
e.    PENGONTROLAN
Pengontrolan meliputi pengecekan bak air dari kebocoran, kualitas air, debit air dan adanya ancaman penyakit terhadap elver. Pengontrolan dilakukan minimal empat kali sehari.
f.     PENGGANTIAN AIR
Penggantian air dilakukan untuk menjaga kualitas air kolam. Sebelum dilakukan penggantian terlebih dahulu dilakukan pembersihan kotoran di dasar kolam dengan melakukan penyiponan.
g.    PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit dilakukan setiap 3 kali sehari sejak minggu pertama sampai minggu keempat. Obat dan bahan ang digunakan bisa menggunakan Oxytetracylin 5 – 10 ppm dan garam 200 – 400 ppm.
Adapun langkah-langkah pemberian obat adalah sebagai berikut :
1.    Ambil satu sendok teh oxytetracylin
2.    Lartutkan ke dalam 20 liter air
3.    Tambahkan garam sebanyak 2 kg dan aduk hingga rata
4.    Tebarkan ke seluruh permukaan kolam dan adk hingga rata menggunakan tangan
5.    Selama encegahan ini kurangi debit air menjadi setengahnya.
h.    PEMANENAN
Setelah dua minggu masa pemeliharaan bisa dilakukan pemanenan. Caranya dengan mengurangi air sedikit demi sedikit dan diusahakan jangan sampai elver terbawa keluar dengan memasang pipa saringan berlubang lebih kecil dari diameter tubuh elver.
Pemanenan dilakukan dengan serok halus perlahan-lahan dari sedikit demi sedikit sampai elver habis. Kemudian ditempatkan dalam wadah yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu dengan memasang hava halus dan dialiri dengan air dengan debit yang lebih besar dari debit tempat pemeliharaan.
Pemanenan di atas merupakan pemanenan total yaitu mengambil seluruh elver yang ada. Namun bila terjadi pertumbuhan yang tidak seimbang dimana banyak ditemkan elver yang lebih besar maka bisa dilakukan pemenenan parsial atau sebagian untuk mengurangi tingkat dominasi sehingga elver yang masih berukuran lebih kecil tidak kalah dalam persaingan mencari makan.

i.      SELEKSI
Seleksi dilakukan setelah elver dibiarkan selama 2 jam setelah kondisnya pulih. Seleksi dilakukan untuk memisahkan elver dengan ukuran lebih besar dan kecil untuk dibudidayakan di kolam yang berbeda untuk menghindari kanibalisme.
Adapun langkah-angkah seleksi sebagai berikut ;
1.    Siapkan 2 ember, sebuah saringan aluminium dan serok halus
2.    Ember diisi air setengahnynga
3.    Serok elver dengan serok halus secara perlahan dan msukan ke dalam saringan aluminium yang diletakkan di permukaan air dalam ember dan biarkan selama 1 – 2 menit
4.    Benih yang berukuran kecil akan keluar sendiri sedngkan yang berukuran besar akan tertahan
5.    Masukkan benih besar ke dalam ember yang lain
6.    Lakukan secara berulang sampai elver habis.
Benih yang berukuran besar adalah benih berkualitas lebih baik, sedangkan benih berukuran kecil disebut benih berkualitas kedua dengan kualitas dibawah kualitas benih besar.

II.    PENDEDERAN LANJUTAN

   A.   PENYIAPAN KOLAM DAN MEDIA BUDIDAYA
Pada prinsipnya pendederan lanjutan tidak jauh berbeda dengan pendederan pertama. Yang membedakan adalah pada pendederan tahap dua dan tiga kita tidak perlu lagi mengajari ikamn sidat untuk makan karena telah terbiasa dengan pakan buatan yang kita berikan saat pendedera pertama.
Langkah penyiapan kolam dilakukan dengan mengecek pematang kolam, mengamati adanya kebocoran atau tidak, pengeringan, pembasmian penyakit dan pengisian air.
Pengeringan dilakukan dengan menguras habis air yang tersisa dan menjemur dibwah terik matahari selama tiga hari atau sesuai dengan kondisi. Selanjutnya untuk membasmi adanya bibit penyakit dilakukan dengan perendaman larutan kaporit dengan dosisi 30-50 gram/m3 selama dua hari kemudian dibilas sampai sisa bau kaporit hilang dengan pengeringan. Selanjutnya dilakukan pengisian air kembali setelah dua hari pemberantsan penyakit selesai.
   B.   PENEBARAN BENIH SIDAT
Pada pendederan tahap dua ini dilakukan pengaturan padat tebar, hal ini untuk menghasilkan sidat dengan pertumbuhan yang baik. Untuk padat tebar penedederan dua dan tiga dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;
Kegiatan
Berat Benih (gr)
Padat Tebar
Dosis Pakan per 1000 ekor (g) (ekor/m3)
Pendederan 2
0,6 – 0,8
200
100 – 200
Pendederan 3
1,5 – 1,75
100
200 - 400
            Cara menghitung benih secara volumetrik :
            A = B + C
            Keterangan :
            A = jumlah total benih (ekor)
            B = jumlah benih dalam satu gelas (ekor)
            C = volume bneih keseluruhan (liter)
  C.   PERAWATAN PEMELIHARAAN
Kegiatan perawatan pemeliharaan terdiri dari pemberian pakan, mengontrol kualitas air, monitoring pertumbuhan, monitoring kesehatan, panen parsial dan panen total
Pada tahap pendederan lanjutan ini pakan yang diberikan sebanyak 4 kali sehari dengan kandungan protein pakan > 50 %, dengan dosis 8-10 %. Monitoring kulaitas air menjadi hal wajib untuk dilakukan mengingat sisa pakan di dasar kolam maupun yang tersuspensi dalam air akan mempercepat penurunan kualitas airnya. Ketika kualitas air menurun maka mudah sekali timbul penyakit seperti jamur dan serangan bakteri.
  D.   PEMANENAN
Kegiatan pemanenan bisa dilakukan secara total atau parsial seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah kehati-hatian dalam grading agar ikan sidat tidak mengalami stres berlebihan sehingga dapat merugikan.

III.   PEMBESARAN SIDAT

Pada intinya kunci sukses kegiatan pembesaran ikan sidat sama dengan kegiatan budidaya ikan yang lain, yaitu dimulai dari kualitas air yang baik, kualitas benih yang baik, kualitas pakan tambahan yang baik, teknik pemeliharaan yang baik dan manajemen yang baik. Adapun langkah-langkah kegiatan budidaya pembesaran adalah ;
A.   PENYIAPAN KOLAM DAN MEDIA PEMELIHARAAN
Media pemeliharaan untuk pembesaran menggunakan kolam tanah berukuran 300-1000 m2. Dengan ukuran kolam yang besar akan mendapatkan keuntungan diantara suhu relatif stabil.
Kolam pembesaran yang baik adalah kolam yang mempunyai kandungan pakan alami melimpah dan suplai air dengan kandungan pakan alami yang mencukupi pula. Langkah-langkah penyiapan kolam pada dasarnya sama dengan penyiapan kolam dalam pendederan yaitu sebagai berikut ;
1.    Pengeringan kolam selama 2 – 3 minggu
2.    Pengontrolan pematang dari kebocoran atau potensi kebocoran
3.    Pengeringan dan pengolahan dasar kolam dengan mencangkul untuk membalikkan tanah
4.    Pengapuran dengan kapur dolomit atau kalsit dengan dosis 100 – 200 gram/m2.
5.    Pemupukan dengan menebar pupuk organik atau pupuk kandang secara merata ke permukaan dasar kolam.
6.    Penumbuhan pakan alami dengan melakukan pengisian air setinggi sepertiga kedalaman kolam dan dibiarkan selama 5 – 7 hari.
Setelah langkah-langkah di atas selesai dilakukan tahap selanjutnya adalah penebaran benih sidat.
   B.   PENEBARAN BENIH SIDAT
Benih yang ditebar merupakan hasil pendederan 3 yaitu benih berukuran 3 – 7 gram/ekor. Namun lebih baik sebelum dilakukan penebaran dilakukan dahulu grading agar sidat yang ditebar bisa seragam dalam satu kolam untuk menghindari kanibalisme dan persaingan dalm hal makan dan ruang tidak seimbang antar ikan sidat.
Untuk pembesaran tahap 1 padat penebaran ikan sidat yaitu ukuran benih 3-7 gram/ekor padat tebarnya + 50 ekor/m2 dan untuk pembesaran tahap dua padat tebar + 30 ekor/m2. Penebaran benih dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 07.00 – 09.00 untuk menghindari suhu tinggi penyebab stress.
  C.   PERAWATAN PEMELIHARAAN
Kegiatan pemeliharaan pada pembesaran sama dengan kegiatan pemeliharaan pendederan pada bab sebelumnya, yaitu meliputi kegiatan monitoring kualitas air, monitoring pertumbuhan dan kondisi sidat, grading dan pemanenan.   
  D.   PEMBERIAN PAKAN
Bentuk pakan pada saat pembesaran berupa pasta dengan kandungan protein 45-50 %. Sebagai pakan tambahan pembesaran pelet sangat baik karena pakan dalam bentuk pelet lebih efektif dibanding dalam bentuk pasta.
Dosis pakan antara 2-6 % dari total biomassa per hari dengan frekuensi pemberian 2-3 kali sehari. Pakan tambahan diberikan satu hari setelah penebaran agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pakan tambahan berupa pellet, pasta dan cacing tanah, ikan rucah serta keong.
Langkah pemberian pakan pasta adalah sebagai berikut ;
1.    Timbang pakan sebanyak yang diperlukan
2.    Campur dengan air secukupnya dan suplemen lain yang diperlukan
3.    Aduk hingga merata dan pulen
4.    Letakkan adonan ke dalam keranjang pakan
5.    Letakkan keranjang tadi 10 cm dibawah permukaan air yang ada peneduhnya.
Langkah pemberian pakan dengan ikan rucah ;
1.    Timbang ikan rucah sebanyak yang diperlukan
2.    Cincang dagng tersebut hingga lebih kecil dari bukaan mulut sidat
3.    Letakkan daging ikan tersbut dalam baki
4.    Masukkan baki ke dalam air sedalam 10 cm dari permukaan air
Pemberian pakan tidak boleh terlambat karena bisa memicu kanibalisme.Sidat yang terluka akan diserang sesamanya dan akan memicu timbulnya bibit penyakit seperti jamur dan bisa menyebabkan kematian. Untuk mengurangi resiko kanibalisme maka perlu dilakukan grading setelah masa pemeliharaan 1 – 2 bulan dengan cara menggunakan ember sortir berlubang.
Perbandingan jumlah pakan yang diberikan dan bobot ikan yang dihasilkan disebut sebagai FCR (food convertion ratio). Sebagai contoh dalam sebuah pemeliharaan didapatkan hasil panen 1 kwintal dan pakan yang digunakan sebanyak 2 keintal, maka besarnya FCR adalah 2 kwintal : 1 kwintal = 2.
   E.    PENGONTROLAN
Pengontrolan dilakukan setiap hari bersamaan dengan pemberian pakan. Pengontrolan meliputi pengecekan kualitas air baik secara visual maupun dengan menggunakan alat pengukur kualitas air.  Bila da parameter kualitas air yang tidak sesuai maka perlu dilakukan pengecekan dan pengamatan mengapa bisa terjadi demikian sehingga bisa dilakukan langkah penagangan lebih lanjut untuk menghindari resiko yang lebih lanjut akan terjadi.
Pengontrolan terhadap kondisi ikan sidat juga dilakukan setiap hari. Bila secara visual ditemukan ikan sidat yang sakit maka segera lakukan pengontrolan secara menyeluruh apakah penyebab dari sakit ikan sidat tersebut. Bila perlu dilakukan pengobatan maka segera dilakukan pengobatan agar tidak cepat menyebar ke ikan yang lain.

F. BUDIDAYA SIDAT DI KOLAM TERPAL


Seiring dengan perkembangan teknologi budidaya perikanan, dewasa ini kolam atau wadah budidaya ikan juga mengalami perkembangan. Jika dulu wadah budidaya ikan berupa kolam tanah dan kolam permanen, saat ini pembudidaya ikan telah menggunakan wadah berupa terpal, plastik dan fiber. Untuk budidaya ikan sidat saat ini telah menggunakan kolam terpal seperti halnya budidaya ikan lele.
Penggunaan kolam terpal dalam budidaya ikan sidat harus diperhatikan pada masalah kebocoran dan larinya ikan sidat dari media budidaya. Untuk itu perlu ditambah semacam jaring atau paranet tambahan yang disambung pada bagian atas kolam terpal.
Budidaya ikan sidat menggunakan kolam terpal ini menggunakan sistem air resirkulasi, yaitu air air yang dibuang ditreatment kemudian digunakan kembali sebagai media budidaya di unit kolam tersebut.
Sistem ini bisa menerapkan kepadatan cukup tinggi dengan produktivitasnya tinggi. Pemeliharaan air yang memadai diusahakan bisa sempurna menjadi prasarat utama dalam sistem budidaya ini. Pada sistem ini menggunakan filter fisik untuk membuang kotoran dan filter biologi untuk merombak amonia menjadi nitrat yang relatif tidak bersifat racun bagi perairan dan ikan. Filter fisik dipasang pada bagian samping kolam berupa pipa pvc berukuran 1 dim dan diberi alat penyaring. Bisa juga ditambahkan tanaman enceng gondok pada kolam untuk menjernihkan air dan menyerap sisa pakan maupun kotoran yang tersuspensi dalam air.
 Kolam terpal ini menggunakan sistem central drain untuk pengeluaran airnya, yaitu adanya lubang pengeluaran di dasar kolam. Langkah-langkah pebuatan kolam terpal dengan central drain adalah sebagai berikut ;
a.    Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan kolam terpal sistem central drain adalah sebagai berikut :
-   Gergaji
-   Alat pemotong (bendo/ arit)
-   Palu
-   Amplas
-   Cuter
-   Meteran
-   Spidol
-   Cangkul
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut ;
-  Terpal A12 dengan diameter 2 meter
-  Paku
-   Kawat strimin mesh size 1 cm.
-   Pipa pralon ukuran 1 dim
-   L pralon ukuran 1 dim
-   T pralon ukuran 1 dim
-   Lem alteco / Lem G
-   Sekam

b.    Cara Pembuatan
Langkah pembuatan kolam terpal sistem central drain adalah sebagai berikut ;
1.    Pembuatan rangka kolam ;
Rangka kolam dibuat menggunakan kawat strimin dengan mesh size + 1 cm. Panjangnnya dihitung dengan menggunakan rumus keliling lingkaran kolam terpal yang akan dibuat.
2.    Persiapan kolam ;
a.   Meratakan tanah seluas ukuran terpal yang akan dibuat kolam
b.   Menggali pada bagian tengahnya secara melintang selebar kolam yang akan dibuat sedalam 10 cm
c.   Memotong pralon sepanjang setengah dari diameter kolam
d.   Memasang L pralon kemudian meletakkan pralon tadi pada galian tanah pada bagian tengah kolam
e.   Menebarkan sekam secara merata di atas permukaan tanah seluas lingkaran yang akan dibuat kolam
3.    Pemasangan rangka strimin dan terpal
a.   Memasang strimin membentuk lingkaran bulat sempurna
b.   Memperkuat masing-masing sisi lingkaran dengan 8 bilah bambu mengikuti 8 arah mata angin
c.   Pasang terpal mengikuti pola bulat yang telah terbentuk dari rangka kawat strimin.
d.   Sebelum ditutup secara sempurna, pada bagian tengah terpal yang terdapat pralon pembuangan dilem pada bagian pralon L dan rekatkan pada terpal. Tunggu sampai kering dan benar-benar menempel secara sempurna
e.   Tutup keseluruhan terpal mengikuti bentuk bulat rangka kawat strimin yang telah terbentuk
f.    Pada bagian atas terpal yang terdapat rekatan pralon L sobek dengan cuter berbentuk silangan 8 penjuru mata angin.
g.   Pasang pralon setinggi 70 cm (disesuaikan dengan ketinggian air yang diinginkan)
h.   Kolam siap diisi air dan digunakan.
Keunggulan sistem ini adalah produktivitasnya tinggi meskipun ukurannya relatif kecil dan aliran air terbatas. Keunggulan lain adalah kondisi budidaya bisa terkontrol dan tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Kelemahannya adalah biaya relatif tinggi.
 Gambar. Proses pembuatan kolam terpal central drain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA