Minggu, 31 Desember 2017

PEMBESARAN BELUT

      
A.  Pengadaan Benih Belut
Pengadaan benih belut tidak kalah pentingnya dengan pembuatan media budidaya. Pemilihan benih yang baik menjadi kunci pokok selanjutnya setelah pembuatan media yang tepat.
Beberpa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan benih adalah sebagai berikut ;
·      Benih mudah diperoleh dan tersedia secara kontinyu
·      Kualitas benih dipilih yang terbaik. Kualitas benih menjadi jaminan awal keberhasilan budidaya belut
·      Ukuran benih harus seragam. Hal ini dikarenakn untuk menghindari persaingan dan kanibalisme
·      Diusahakan agar asal benih memiliki kondisilingkungan yang hampir sama dengan tempat pembesaran agar belut memiliki aaptasi yang baik terhapad lingkungan barunya.


Adapun ciri-ciri benih belut yang berkualitas baik dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai berikut ;
·      Gerakannya lincah dan agresif, bila disentuh akan langsung bereaksi
·      Tidak mempunyai cacat tubuh, tidak luka, tidak ada penyakit yang menempel, kulit halus mulus dan licin
·      Umurnya dibwah empat bulan untuk pembesaran.
Benih yang akan dibudidayakan dapat diperoleh dari hasil pemijahan buatan atau berasal dari tangkapan dari alam. Benih budidaya merupakan hasil pemijahan dengan campur tangan manusia pada media dan wadah yang telah disiapkan dan direkayasa sehingga kondisinya seperti kondisi asli di alamnya.
Benih belut hasil budidaya memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut ;
§  Ukurannya relatif lebih homogenn sehingga dapat mengurangi kanibalisme
§  Kondisi fisiknya lebih baik selama tidak mengalami kerusakan saat ditangkap
§  Tidak memerlukan karantina terlebih dahulu karena bisa dijamin aman terjaga dari penyakit dan kondisi fisiologisnya lebih baik. Namun perlu dilakukan aklimatisasi bila asal benihnya dari jauh.
   Sedangkan belut hasil tangkapan dari alam merupakan benih belut yang diperoleh dari hasil tangkapan dari sawah, sungai atau rawa-rawa dengan menggunakan alat tangkap yang memungkinkan belut masih dalam kondisi hidup setelah ditangkap.
Beberapa hal yang oerlu diperhatikan apabila akan menggunakan belut tangkapan dari alam diantaranya sebagai berikut ;
§  Belut yang ditangkap dari alam biasanya mengalami kerusakan fisiknya. Oleh karena itu harus jeli dalam mengecek kondisi fisik belut, harus dipilih yang benar-benar bagus kualitasnya
§  Ukuran  belut tangkapan dari alam biasanya tidak seragam, oleh karena itu harus dilakukan penyortiran dan disesuaikan ukurannya agar tidak terjadi kanibalisme.
§  Dilakukan karantina terlebih dahulu untuk mengecek apakah belut-belut tersebut mengandung penyakit yang menular atau tidak. Karantia dilakukan dengan menampung belut dalam kolam yang dialiri air bersih setinggi 2-4 cm dan setiap 5-6 jam sekali air diganti. Proses karantina ini dilakukan selama dua hari. Pada saat dilakukan karantina diberikan pakan berupa kocokan telur ayam tiap sehari sekali, setelah satu jam pemberian pakan tersebut baru dilakukan penggantian air.

B.  Penebaran Belut
Setelah semua siap (media dan benih belut) maka langkah selanjutnya adalah penebaran belut ke dalam media budidaya. Penebaran belut untuk pembesaran perlu kehati-hatian dan ketepatan agar kematian belut pada minggu-minggu pertama dapat dikurangi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan penebaran belut antara lain adalah mengecek kembali kesiapan media budidaya. Dicek apakah media benar-benar telah bebas dari gas-gas beracun yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan. Dilakukan pula pengecekan apakah bahan-bahan organik telah terdekomposisi secara sempurna karena bahan-bahan organik tersebut menjadi bahan utama pakan belut.
Kemudian dilakukan pengecekan aliran air pada wadah budidaya tersebut, debit air ideal untuk budidaya belut adalah 0,1 liter/detik/100 m2. Setelah itu perlu pula dilakukan adaptasi terhadap belut dengan lingkungan yang baru. Pengadaptasian bisa dilakukan dengan mencampur air media transportasi dengan air media yang baru. Bisa dilakukan penyegaran terhadap belut dengan menggunakan larutan gula pasir secukupnya dan diistirahatkan selama 30 menit hingga belut kembali segar.

Adapun langkah-langkah penebaran benih belut adalah sebagai berikut ;
§  Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00 – 09.00) atau sore hari (pukul 15.00-17.000. Pada jam-jam tersebut intensitas cahaya matahari sudah berkutang sehingga suhunya juga tidak terlalu panas. Suhu panas mengakibatkan kadar oksigen rendah sehingga akan membahayakan kehidupan belut.
§  Lakukan aklimatisasi yaitu dengan mencelupkan wadah belut secara perlahan-lahan dan biarkan belut keluar sedikit demi sedikit secara sendirinya.
§  Biarkan belut bergerak bebas dalam kolam, jangan paksakan belut dengan ditenggelamkan di dalam lumpur.
§  Indikator bahwa belut telah nyaman di dalam kolam yaitu ditandai dengan belut akan membuat lubang sebagai tempat tinggalnya hingga besar. Selama belut merasa aman dan nyaman maka dia tidak akan membuat lubang baru.
§  Amati pada minggu-minggu awal pemeliharaan. Pada masa itu biasanya kematian tertinggi belut yang baru ditebar. Tanda-tanda alami kematian belut yaitu jika pada pagi sampai siang hari belut berada di permukaan dapat dipastikan belut tersebut akan segera mati. Kematian belut biasanya diakibatkan oleh luka, stress atau terkena racun.


C.  Pertumbuhan Belut
Faktor utama keberhasilan budidaya belut adalah pertumbuhan belut yang optimal. Pertumbuhan merupakan pertambahan panjang dan berat belut. Pertumbuhan merupakan pertambahan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis (pembelahan sel) atau hipertrofi (jumlah sel tetap sedangkan volume bertambah). Pertumbuhan merupakan proses biologi yang komplek karena dipengaruhi banyak faktor.
Pakan yang dionsumsi oleh belut digunakan untuk metabolisme, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai.  Jika energi yang digunakan tersebut terdapat sisa maka kalori dan nutrisi akan digunakan untuk membuat sel baru. Sel baru ini merupakan penambahan unit atau penggantian sel yang secara keseluruhan akan menghasilkan perubahan ukuran.
Laju pertumbuhan belut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam merupakan faktor biotik seperti keturunan, seks, umur, berat dan peyakit.  Faktor dari dalam sulit diontrol, tetapi masih bisa dikontrol dengan menyeleksi benih yang berkualitas baik.
Pertumbuhan belut juga berbeda menurut jenis kelaminnya karena belut berubah kelamin dari betina ke jantan. Pada saat memijah, pertumbuhan belut akan melambat karena energinya digunakan untuk melakukan reproduksi dan belut mengurangi bahkan tidak makan.
Pertumbuah belut juga dipengaruhi oleh usia. Belut muda pertumbuhannya lebih cepat daripada belut dewasa/tua. Kebutuhan energi belut muda lebih banyak karena digunakan untuk pertumbuhan. Sedangkan belut dewasa/tua pada umumnya kekurangan makan berlebih untuk pertumbuhan karena sebagian besar energi makanannya digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan.
Sedangkan faktor luar yang berpengaruh terhadap pertumbuhan belut adalah suhu, oksigen, pH, CO2, amoniak, makanan, kepadatan. Faktor luar yang paling berpengaruh adalah suhu perairan dan makanan.
Kandungan makanan yang paling dibutuhkan belut adalah protein dan lemak karena belut jenis hewan karnivora. Karbohidrat hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit saja.

D.  Pakan Belut
Seperti halnya hewan karnivora lainnya, belut juga memiliki sifat rakus terhadap makanannya. Hewan karnivora dicirikan dengan gigi-gigi runcing kecil untuk meyergap, menahan dan merobek mangsa. Belut mencari mangsa di sekitar lubang sarangnya. Setelah tidak menemukan mangsanya baru kemudian belut melakukan eksansi ke wilayah lain.
Kadar protein pakan dalam budidaya belut sebaiknya 30 – 50 %. Hal ini dikarenakan kebutuhan gizi belut terutama kebutuhan protein dan kandungan asam aminonya cukup tinggi untuk memenuhi energi pertumbuhannya.  Dalam budidaya belut, diusahakan jangan sampai mengalami keterlambatan dalam memberikan pakan terhadap belut untuk menghindari kanibalisme. Laju pertumbuhan terpesat belut adalah pada saat usia dua bulan setelah penebaran dari ukuran benih 12 -15 cm.
Belut akan menyantap makanannya dengan baik apabila merasa nyaman dalam lingkungan hidupnya. Untuk dapat mewujudkan kenyamanan lingkunganya, penyiapan media budidaya belut menjadi faktor kuncinya. Pada saat awal penebaran benih belut, alangkah baiknya bila sebelumnya sudah dilakukan pakan alami berupa cacing, bekicot, keong, yuyu, atau hewan lainnya yang telah direbus.
Pemberian pakan belut berupa pelet dilakukan dengan cara ditaburkan merata ke seluruh media budidaya. Dengan cara itu belut tidak membutuhkan banyak energi untuk mencari makanannya. Namun belut lebih menyukai pakan alami daripada pakan pelet. Butiran pelet yang kasar juga bisa merusak pencernaan belut dan menyebabkan perut belut berwarna kehitaman.
Setelah belut dewasa bisa diberikan pakan tambahan yang lebih bervariasi karena setelah dewasa pencernaan belut telah tumbuh dengan sempurna.  Jumlah pemberian pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sehari sekali pada waktu sore/ malam hari (pukul 17.00 – 18.00). Namun apabila tempat budidaya terdapat naungan yang gelap, pemberian pakan bisa dilakukan kapan saja saat  belut merasa lapar.  Pemberian pakan berupa bahan segar atau hidup dapat diberikan 2-3 hari sekali.


Dapnia

Belut lebih menyukai pakan binatang hidup seperti kutu air (dapnia), cacing sutera, ikan kecil, kecebong dan serangga. Ada beberapa tahapan dalam pemberian pakan belut yaitu antara lain sebagai berikut ;
·      Untuk merangsang nafsu makan belut setelah tebar hingga umur 11 hari belut diberi pakan cincangan kepiting.
·      Setelah itu diberi pakan alami mati seperti keong, bekicot atau hewan mati (yang tidak tercemar penyakit) setelah umur 12 hari hingga 1 bulan
·      Kemudian belut diberi pakan hidup seperti cacing, belatung, kecebong/berudu, cetol dan ikan kecil pada usia belut 2-3 bulan.
·      Selanjutnya pada umur 3-4 bulan atau lebih, belut dapat diberi kombinasi pakan alami hidup atau mati.
Untuk pemberian pakan pembesaran belut selama 4 bulan untuk 10 kg belut dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;
Umur
Prosentase Pakan yang diberikan
Berat Pakan yang Diberikan (kg/hari)
Jumlah Pemberian Pakan (kg)
1 – 30 hari
5
0,5
30 x 0,5 = 15
31 – 60 hari
5 – 10
0,5 – 1
(30x0,5)-(30x1) = 15 – 30
61 – 90 hari
10 – 15
1 – 1,5
(30x1) – (30x1,5) = 30 – 40
91 – 120 hari
10 – 20
1 – 2
(30x1) – (30x2) = 30 – 60


Total
90 – 150



Bekicot

Jumlah pakan yang dibutuhkan belut untuk menaikkan bobot seberat 1 kg membutuhkan pakan sebanyak 2 kg.  Hal tersebut berarti FCR (feet covertion ratio) belut adalah 2.  Alur energi pakan dalam tubuh belut dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.


Alur distribusi energi pakan dalam tubuh belut

E.  Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama adalah organisme pengganggu yang tidak diharapkan kehadirannya di kolam budidaya belut karena bersifat kompetitor atau predator.
1.    Kompetitor
Kompetitor adalah hewan yang keberadaanya dalam media budidaya dapat menjadi pesaing dalam mendapatkan pakan atau ruang hidup dalam media. Kompetitor pada belut diantaranya adalah ikan lain.
2.    Predator
Predator adalah hewan yang dapat memangsa belut. Hewan yang termasuk dalam predator belut diantaranya adalah kepiting, berang-berang, linsang, biawak, ular, burung, serangga dan itik. Namun belut juga bisa menjadi predator bagi belut lain ketika ketersediaan pakan dalam media budidaya kurang.
            Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Menjaga sanitasi lingkungan budidaya belut sehingga kondisi lingkungan sekitarnya tidak memungkinkan sebagai sarang atau tempat persembunyian hama belut.
2.      Memasang pagar keliling kolam media budidaya belut untuk mencegah masuknya hama tersebut ke dalam media budidaya.
3.      Memasang tali di atas media budidaya belut untuk mencegah masuknya burung pemangsa belut.
4.      Memasang lampu penerangan di sekitar kolam budidaya belut untuk menakuti predator yang tidak suka keberadaan cahaya terang.

Penyakit merupakan segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan terhadap belut baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan pada belut dapat berupa ;
-     Mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit seperti bakteri, virus, protozoa dan jamur.
-     Kualitas dan kuantitas pakan yang kurang
-     Kondisi lingkungan media budidaya yang tidak mendukung kondisi yang baik untuk kehidupan belut.

Ekosistem budidaya belut dapat dengan mudah mengalami perubahan secara cepat. Semakin tinggi intensiatas budidaya maka semakin tidak stabil pula kondisi fisik, kimia dan biologi media budidaya. Jika faktor lingkungan melebihi ambang batas kisaran toleransi maka akan mengganggu kondisi fisiologis belut sehingga mengakibatkan stress.
Dalam budidaya, mencegah datangnya penyakit lebih baik daripada mengobati. Langkah-langkah pencegahan penyakit pada belut dilakukan dengan ;
-     Menghindari masuknya bibit penyakit ke dalam media budidaya
-     Fermentasi media harus berjalan selesai sempurna
-     Hindari penggunaan air yang tercemar
-     Lakukan karantina pada belut sebelum tebar untuk belut yan terkena penyakit
-     Gunakan pakan baru dan masih berkualitas baik.

Apabila telah terlanjur terkena penyakit maka harus dilakukan pengobatan. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut ;
-     Perendaman
Perendaman  sangat efektif dilakukan untuk penyakit yang mengenai bagian luar belut seperti pada kulit.  Penyakit ini biasanya penyakit jamur atau penyakit luka yang menyebabkan borok pada lapisan luar.
-     Melalui Pakan
Pengobatan melalui pakan dilakukan pada belut yang belum begitu parah terkena penyakit dan masih ada nafsu makan. Pengobatan melalui pakan dilakukan untuk membunuh mikroba yang dapat menyebabkan penyakit atau memberikan kekebalan tubuh pada belut.


Penyakit Jamur pada Belut

F.  Panen Dan Paska Panen Belut
Panen dilakukan apabila telah melalui proses pengamatan dan perhitungan yang matang. Perhitungan disini bisa melalui perhitungan pakan yan telah diberikan sehingga bisa dilakukan prediksi berat total belut yang dibudidayakan atau bisa juga melalui sampling belut yang dibudidayakan. Apabila telah memenuhi kriteria yang menguntungkan maka bisa dilakukan pemanenan.
            Panen belut bisa dilakukan dengan dua macam kategori yaitu panen total dan panen sebagian. Panen total adalah panen yang dilakukan dengan mengambil seluruh belut yang dibudidayakan dengan berbagai macam ukuran. Sedangkan panen sebagian dilakukan dengan memanen seluruh belut kemudian diseleksi yang telah memenuhi berat yang layak jual sementara belut yang belum masuk kriteria (masih kecil) dibudidayakan kembali untuk mencapai besar yang diinginkan.
            Untuk pembesaran belut, rata-rata lama waktu pemeliharaan adalah empat bulan untuk pasar lokal. Sedangkan untuk pasar ekspor lama pemeliharaan belut setelah enam bulan pemeliharaan. Berat belut yang yang dihasilkan dapat mencapai 5 – 15 kali lipat dari berat benih awal. Namun dengan berat panen 6 – 8 kali sudah bisa dikatakan sangat bagus.
            Pasar ekspor belut juga berbeda-beda menurut negara tujuannya. Jepang menyukai belut dengan ukuran 2 – 3 ekor/ kg, Korea 5 – 7 ekor/kg, Taiwan 1 – 12 kg/kg dan Hongkong 10 ekor/kg.
       Perlakuan belut setelah dipanen tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap sebelumnya. Cara handling belut akan menentukan kualitas belut dan kualitas ini akan mempengaruhi harga belut baik hidup maupun mati. Produk perikanan memang sangat rentan terhadap kebusukan dimana awet dan tidaknya sangat bergantung pada perlakuanya setelah panen.
       Untuk belut hidup cara penangannya tidak serumit belut dalam kondisi mati. Untuk belut hidup cukup menyediakan wadah dan air. Namun tetap dijaga kondisi sedemikian sehingga belut masih merasa nyaman dalam kondisi lingkungan itu agar tidak mudah stres sehingga menyebabkan kematian.
 Sedangkan untuk belut mati (beku) membutuhkan biaya dan penanganan yang agak rumit dan lebih mahal. Untuk memproses belut dalam kondisi mati membutuhkan keahlian dan ketrampilan tersendiri. Jangan sampai belut yang mati tersebut dalam kondisi tidak segar saat mau dibekukan. Penggunaan es dan penanganan rantai dingin (cold chain system)  pada suhu 0 – 4 derajat celcius tidak boleh terputus mulai dari produsen, penanganan, pengolahan, distribusi sampai konsumen.


________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Saparinto, Cahyo. 2009. Panduan Lengkap Belut. Penebar Swadaya. Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA