Jumat, 29 Desember 2017

WADAH DAN MEDIA BUDIDAYA BELUT



A.  Wadah Budidaya Belut
Wadah atau tempat budidaya belut memegang peranan utama dalam keberhasilan budidaya belut. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangakn sebelum memilih wadah untuk budidaya belut, diantaranya adalah sebagai berikut :
-       Kondisi lokasi budi daya.
Pada kondisi tanah yang labil sebaiknya jangan membuat kolam permanen karena akan mudah mengalami keretakan dan kebocoran.
-       Luas lahan
Jika mempunyai lahan luas dan suplai air mudah maka bisa dipilih wadah apa saja, namun bila lahan hanya sempit maka sebaiknya menggunakan wadah yang fleksible seperti drum.
-       Estetika
Apabila hanya memiliki lahan sempit di pekarangan rumah maka bisa menggunakan kolam knock down atau kolam bongkar pasang dari pipa, ram kawat dam terpal.
-       Sumber dana
Apabila mempunyai dana yang cukup besar maka sebaiknya menggunakan kolam permanen, namun apabila terbatas sumber dananya  bisa menggunakan kolam terpal saja.

            
Adapun jenis-jenis kolam yang bisa digunakan untuk budidaya belut adalah sebagai berikut :
   1.    Kolam Permanen / Tembok
  


    Tidak hanya untuk budidaya ikan, namun kolam tembok bisa juga untuk budidaya belut.        Kolam  tembok bisa dibuat dua tipe yaitu :
a.    Kolam tembok di atas permukaan tanah dengan dasar rata dengan tanah
b.    Kolam tembok di dalam tanah dengan menggali tanah.
Kolam tembok dibuat dengan menggunakan camouran batu kali, batu bata atau batako. Kolam harus dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pembuangan air. Saluran pemasukan dibuat lebih tinggi dari saluran pembuangan. Saluran pembuagan dibuat dengan pipa berukuran agak besar dengan ketinggian dibawah 10 cm dari permukaan dasar untuk memudahkan pembuangan air dan memudahkan pemanenan.
Adapun kelebihan dan kekurang kolam tembok adalah sebagai berikut :
Jenis Kolam Tembok
Kelebihan
Kekurangan
Kolam di atas permukaan tanah
-  Kolam tidak mudah rusak
-  Belut tidak mudah lepas
-  Tidak mudah terkena banjir
-  Investasi lebih kecil (tidak membutuhkan biaya untuk pengerukan tanah)
-    Sebelum pemakaian dinding harus dicuci atau digosok dengan ijuk, pelepah pisang, atau daun pepaya terlebih dahulu
-    Pengganti media budidaya cukup sulit dilakukan

Kolam di dalam tanah
-  Lebih kuat dan tidak mudah rusak
-  Lebih mudah melakukan pemanenan
-    Rawan terahadap predator
-    Lebih mudah terkena banjir
-    Belut lebih mudah lepas/ lolos

            Konstruksi kolam bisa dibuat terpisah atau secara seri dan paralael. Bila ingin membuat banyak kolam sebaiknya dibuat seri atau paralel untuk menghemat biaya.


  2.    Drum / Tong

Media drum/ tong sangat cocok digunakan pada tempat yang terbatas dan sempit. Drum/ tong yang digunakan bisa dari bahan plastik atau seng. Sebelum digunakan untuk budidaya belut, drum/ tong harus dibersihkan dan dipastikan tidak ada sisa bahan-bahan kimia bila berasal dari bekas bahan kimia.
            Adapun kelebihan dan kekurangan drum/ tong untuk budidaya belut adalah sebagai berikut :
Jenis Drum
Kelebihan
Kekurangan
Plastik
-  Tidak berkarat
-  Tidak mudah penyok
-  Tidak perlu mengecat
-  Suhu lebih stabil

-    Meleleh bila kena panas
-    Lebih mudah pecah
Seng
-  Tidak mudah leleh bila kena panas
-  Tidak mudah pecah
-    Mudah berkarat
-    Harus dilakukan pengecatan
-    Lebih berat
-    Bila tidak hati-hati bisa menggores tubuh



Kolam Drum Plastik



Kolam Drum Seng


            Untuk lebih menghemat biaya, drum bisa dibelah menjadi dua bagian dan masing-masing bagian digunakan untuk budidaya belut. Bila tidak dibelah menjadi dua, drum dalam pelaksanaan budidayanya diletakan secara dibaringkan. Potong bagian tengahnya dan sisakan 5 – 10 cm dibagian sudutnya.
3.    Kolam Jaring
Tidak hanya ikan yang dibudidayakan dengan jaring, belutpun juga bisa dibudidayakan dengan menggunakan jaring. Akan tetapi kelemahannya umur jaring hanya bisa bertahan dua tahun. Adapun cara pembuatan kolam jaring adalah sebagai berikut :
-       Pilih kolam dengan kedalaman air sama dengan tinggi tumpukan media budidaya belut yang akan digunakan. Sebagai contoh bila tinggi tumpukan lapisan media budidaya belut 80 cm dan tinggi air 5 – 10 cm maka kedalaman kolam sebaiknya sekitar 85 – 90 cm.
-       Pilih jaring degan mesh size (mata jaring) kecil agar belut yang masih berukuran kecil tidak lari. Pasang tali sepanjang sisi atas jaring (mulut jaring) yang terbuka. Tali berguna untuk mengikat sisi atas jaring yang terbuka dengan patok bambu yang ditancapkan.
-       Setelah kolam dikeringkan, kemudian pasang penancap dari bambu. Pemasangan pancang bambau tersebut sesuai dengan bentuk kolam yang akan dibentuk (misal kotak atau persegi panjang).
-       Kemudian pasang jaring pada pasak-pasak yang telah disiapkan pada langkah di atas.

4.    Kolam Terpal/ Karpet
Kolam terpal merupakan kolam yang sangat fleksibel. Mudah dipindah dan ditempatkan dimana saja asal tempatnya memungkinkan.Ada beberapa tipe kolam terpal yang bisa dibuat, yaitu :
a.    Kolam Terpal dengan Kerangka Bambu atau Pipa
Kolam ini dibuat di atas permukaan tanah dengan menggunakan rangka bambu atau pipa ledeng. Cara pembuatannya dengan memasang kerangka bambu atau pipa terlebih dahulu sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Setelah itu baru dipasang terpal sesuai dengan ukuran kerangka tadi.
b.    Kolam Terpal di Lubang Tanah

Kolam ini dibuat dengan cara membuat galian tanah dengan ukuran sesuai dengan terpal yang akan digunakan. Contoh misalnya 2 x 3 atau 3 x 5 meter. Kedalaman antara 0,5 – 0,75 meter. Selanjutnya terpal dipasang dalam lubang tanah yang telah dibuat tersebut.




Kolam Terpal

  5.    Mina Padi
 Habitat alami belut adalah di sawah, oleh karena itu budidaya terbaik belut adalah di         sawah. Namun bagaimana cara mengatasi agar belut tersebut tidak melarikan diri.
 Ada beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain dengan memasang jaring di sawah   sedemikian sehingga belut tidak dapat lari. Adapula caranya dengan menggunakan kolam   terpal atau kolam permanen dan ditanami padi di atasnya.
 Belut menyukai habitat yang teduh, oleh karena itu tanaman padi sangat cocok untuk   ditanami di lokasi budidaya. Bisa juga digunakan peneduh buatan dari paranet atau   menggunakan dahan dan daun kelapa, sawit, anyaman bambu dan media lain yang     mempunyai daya pelindung dari sengatan panas sinar matahari hingga 70 -  80 %.



  B.    Media Pemeliharaan
Persiapan media dalam budidaya belut merupakan tahap yang paling sulit dalam rangkaian budidaya belut. Hal ini dikarenakan media belut merupakan campuran bahan organik dan campuran lumpur yang seringkali menghasilkan gas-gas berbahaya yang dapat mengganggu dan mematikan belut.
Media yang digunakan tidak boleh mengandung gas berbahaya seperti H2S dan ammoniak. Bila dalam penyiapan media timbul gas-gas tersebut maka harus dilakukan pembuangan terlebih dahulu.
Persiapan media budidaya juga bisa berperan dalam mematikan hama yang ataupun organisme yang dapat menjadi kompetitor, predator maupun perusak. Semakin lama persiapan media maka akan semakin baik. Paling tidak dibutuhkan waktu antara 1,5 – 2 bulan sebelum penebaran. Dengan jangka waktu tersebut fermentasi telah berjalan dengan sempurna.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun atau membuat komposisi dan timbunan media budidaya belut, yaitu sebagai berikut ;
·         Gunakan bahan media pupuk kandang yang telah matang, yaitu kotoran yang telah terdekomposisi secara sempurna. Hal ini ditandai dengan bentuknya yang gembur (tidak menggumpal) dan suhunya tidak panas.
·         Gunakan bahan yang tidak menghasilkan gas pada saat fermentasinya. Selain membayakan karena mengandung gas, media tersebut juga tidak disukai belut.
·         Ketinggian media budidaya juga mempengaruhi badan belut. Pada media yang dalam, belut akan tumbuh panjang dan kurus, sedangkan pada media yang tidak dalam belut akan tumbuh pendek dan gemuk. Konsumen menyukai belut yang gemuk
·         Air kolam dibuat mengalir tenang agar suplai oksigen tetap terjaga. Dengan mengalirnya air juga akan melarutkan gas dan sisa kotoran terbuang.
·         Air yang digunakan tidak melebihi ketinggian 5 – 10 cm.Air memegang peranan penting dalam budidaya belut meskipun bukan menjadi unsur utama media. Dalam hal ini air berperan dalam menjaga kelembaban dan menjaga suasana basah media budidaya. Air juga berfungsi menyuplai oksigen, mempertahankan suhu dan membuang kotoran baik gas maupun gas hasil dari fermentasi media. Sebaiknya air dibuat mengalir meskipun hanya pelan. Dengan adanya penggantian air maka kotoran akan tercuci dan menambah suplai oksigen.




Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk media budidaya belut antara lain sebagai berikut :
1.    Tanah Liat (lumpur)
    Lumpur merupakan media utama dalam budidaya belut. Lumpur yang baik untuk budidaya belut diperoleh dari sawah, tepian sungai dan rawa. Tanah liat berpori yang subur merupakan habitat yang disenangi oleh belut. Oleh karena itu pilihlah tanah liat berpori dan jangan diambil tanah liat yang kempal dan ulet karena dapat mempersulit belut dalam bergerak. Jangan menggunakan tanah pekarangan karena dapat membuat luka pada belut. Tanah liat berperan sebagai media pemeliharaan belut yang berperan sebagai penahan suhu media agar tidak panas.
2.    Air.
    Air berperan sebagai pengatur suhu dan kelembaban. Air yang bisa digunakan untuk budidaya belut dapat     diambil dari sumber mata ir, sumur, air PAM atau air sungai. Apabila menggunakan air PAM sebaiknya diuapkan dulu untuk menetralisir kandungan kaporit dan klorin
3.    Kompos
    Kompos merupakan bahan-bahan yang diperoleh dari hasil pelapukan dedaunan, rerumputan, kotoran dan sampah kota. Proses pelapukan bisa dipercepat menggunakan bahan dekomposer yang ramah lingkungan.
4.    Humus
    Humus merupakan sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang atau batang yang sudah membusuk secara alami oleh mikroorganisme dan karena cuaca.
5.    Jerami
    Jerami merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyubur media budi daya, memiliki sifat hangat dan dapat diperoleh di sawah.
6.    Sekam Padi
    Sekam padi merupakan kulit padi. Sekam padi diperam selama 1 bulan dahulu sebelum digunakan. Sekam dapat diperoleh dari penggilingan padi.
7.    Dedak
Dedak merupakan serbuk sisa tumbukan padi, bahan ini mempunyai nilai gizi yang cukup baik sehingga baik untuk digunakan dalam budidaya belut.
8.    Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan campuran kotoran hewan ternak, sisa pakan dan air kencing. Pupuk kandang mengandung banyak bakteri dan mikroorganisme yang berperan dalam pelapukan bahan-bahan tersebut.
9.    Pelepah Pisang (gedebog)
Media budidaya saat difermentasi akan menghasilkan gas beracun. Gas ini berbahaya bagi kehidupan belut. Dengan menggunakan pelepah pisang ini gas beracun tersebut bisa diserap. Pelepah pisang basah mengandung kalsium, kalium dan magnesium yang berfungsi sebagai penyangga agar media tidak terlalu asam. Sedangkan pelepah pisang kering sebagai bahan organik media budidaya belut. Sebelum digunakan sebaiknya pelepah pisang diperam dulu selama satu minggu.
10.  Biotanah/ mikrostarter
Bahan ini dapat dibeli di toko pertanian. Fungsi bahan ini adalah untuk merangsang dan mempercepat proses dekomposisi atau fermentasi media budidaya belut.
11.  Tanaman Air
Tanaman air berfungsi menjaga kelembaban air media budidaya belut. Tanaman yang digunakan seperti enceng gondok, kangkung air, padi, kayu apu, lumut atau ganggang.

Bahan-bahan untuk media budidaya

    Dalam budidaya belut diperlukan beberapa alat pendukung yang digunakan untuk kelancaran pelaksanaan budidaya belut. Peralatan tersebut antara lain :
1.    Bubu
Bubu terbuat dari anyaman bambu yang digunakan untuk menangkap atau menjebak belut.
2.    Serok
Serok terbuat dari jaring bermata kecil atau kain strimin yang digunakan untuk menangkap belut atau benih belut.
3.    Ember atau Baskom
Fungsi dari ember dan baskom adalah untuk menampung belut yang sudah ditangkap.
4.    Drum/ jirigen
Drum atau jirigen digunakan untuk mengangkut benih belut atau untuk mengangkut belut konsumsi.
5.    Cangkul atau Sekop
Fungsi alat ini adalah untuk mencampur atau membalik media budidaya belut
6.    Ajir atau tanda
Ajir terbuat dari bilah bambu untuk memberi tanda lubang perkawinan belut. Lubang belut tempat perkawinan ditandai dengan munculnya buih disekitarnya.

C.  Formula / Komposisi Pembuatan Media
Pembuatan media belut bisa dikatakan paling sulit dibandingkan pembuatan media budidaya lainnya. Hal tersebut dikarenakan media yang dibuat harus tepat dengan kondisi alam sebenarnya. Bahan-bahan yang digunakan mudah menghasilkan gas-gas beracun yang dapat mematikan belut.
Dalam pembuatan media, formulasi yang digunakan komposisinya tidak baku. Penggunaan bahan dan komposisinya juga bervariasi. Pada intinya membuat media budidaya belut adalah mencampur lumpur dengan bahan orgnaik lainnya yang dapat dipergunakan untuk tempat tinggal belut dan sebaai tempat mendapatkan makanannya.
Penyusunan bahan-bahan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, komposisi tersebut contohnya antara lain sebagai berikut :
·      Berdasar ketinggian lapisan bahan
Cara ini dengan membuat media budidaya berdasarkan ketebalan ketinggianlapisan bahannya. Contohnya lapisan lumpur setinggi 20 cm, bahan organik 10 cm, kemudian lapisan lumpur lagi setinggi 5 cm dan lain sebagainya sesuai pengalaman pembudidaya.
·      Berdasar prosentase jumlah bahan
Dengan cari ini bahan media yang digunakan dihitung prosentasenya, sebagai contoh lumpur 20 %, pupuk kandang 40 %, pelepah pisang 10 %, dan jerami padi 30 %.
·      Campuran atau Gabungan
Metode ini yaitu dengan menentunkan komposisi media dengan percampuran antara berdasarkan ketinggian lapisan dengan berat bahan media. Contoh lapisan pertama adalah lumpur setinggi 20 cm kemudian lapisan kedua pupuk kandang seberat 30 kg dan seterusnya.


D.  Teknik Meramu Bahan
Cara mencampur media budidaya belut dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu di luar wadah dan di dalam wadah budidaya belut.
     1.    Pencampuran Di Luar Media
    Pada metode ini bahan-bahan yang perlu dikeringkan terlebih dahulu adalah jerami dan       pelepah pisang agar tidak terjadi proses pembusukan yang tidak sempurna pada waktu       penyusunan media budi daya. Pembusukan yang tidak semppurna akan membahayakan     belut karena dapat menyebabkan kematian. Metode ini sangat cocok digterapkan pada         wadah berupa drum atau tong.
   Ada beberpa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan media budidaya dengan           metode ini ;
-       Gunakan tanah sawah, tanah lumpur, tanah humus atau tanah kebun. Jika perlu bisa ditambahkan biotanah untuk memperbaiki struktur tanah.
-       Gunakan pupuk kandang yang telah benar-benar masak (ditandai dengan bentuknya yang tidak menggumpal (sudah gembur) dan tidak panas bila diraba
-       Cincangan pelepah pisah dan jeami yang telah dikeringkan dipisah dan dibolak-balik. Tambahkan larutan biotanah atau biostarter dengan cara menyiramkan campuran larutan tersebut dengan air ke tumpukan pelepah pisang atau jerami untuk mempercepat proses dekomposisi. Proses dekomposisi telah sempurna ditandai dengan jerami atau pelapah pisang akan segera hancur bila diremas.
Apabila media sudah siap, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :
1)    Media yang telah disiapkan dicampur dengan komposisi pelapah pisang 14,3 %, pupuk kandang 14,3 %, jerami 28,6 %, humus atau kompos 28,6 % dan tanah 14,3 %. Setelah tercampur sempurna kemudian masukkan media tersebut ke dalam wadah atau ko,am hingga merata.
2)  Masukkan air secar perlahan-lahan ke dalam kolam yang telah berisi media kering. Pengisian dilakukan hingga air beberapa cm melebihi ketinggian media. Diamkan selama satu minggu.
3)    Setelah satu minggu, aduk media dan airnya dikeluarkan kemudian ganti dengan yang baru.  Penggantian dilakukan tiga hari sekali agar gas, busa dan zat kimia yang diaduk sudah keluar dan segera ganti dengan air yang baru. Cara lain agar gas dalam media bisa keluar yaitu dengan menancapkan  beberapa pipa pralon ke dalam media. Dengan model septiktank ini gas akan keluar dengan sendirinya. Cara ini lebih efektif daripada dengan cara yang pertama.
4)   Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian media pada minggu berikutnya. Jika air sudah jernih dan media sudah tidak panas maka media sudah dapat digunakan.


5) Sebagai peneduh, tanami media dengan tanaman air seperti kangkung atau tanaman padi.
   2.    Pencampuran di dalam wadah
Metode ini dilakukan dengan menyusun media budidaya belut di dalam wadah. Media yang harus ada yaitu lumpur dan bahan organik.  Ada beberapa alternatif dalam penyusunan media budidaya di dalam wadah, antara lain sebagai berikut ;
a)  Alternatif 1
-  Pertama letakkan lumpur setinggi 20 cm
-  Tuangkan pupuk kandang setebal 5 cm di atas lumpur tadi
-  Kemudian tutup pupuk kandang dengan lumpur setebal 10 cm
-  Tuangkan kembali kompos setebal 5 cm di atas lumpur
-  Tuangkan kembali tanah lumpur setebal 10 cm
-  Kemudian letakkan jerami setebal 15 cm
-  Tuangkan mikrostarter ½ liter dicampur dengan 20 liter air dan siramkan secara merata
-  Tutup kembali dengan tanah lumpur setebal 20 cm
-  Masukkan kembali air setinggi 5-10 cm di atas media.
-  Tebarkan cincangan pelepah pisang ke atas kolam hingga merata.
b)    Alternatif 2
Tinggi media total 60 cm. Penyusunannya sebagai berikut ;
-  Letakkan cacahan jerami padi setebal 30 % di dasar kolam
-  Diatasnya  taburkan cacahan pelepah pisang setebal 10 %
-  Kemudian di atasnya taburkan pupuk kandang setebal 40 %
-  Siram dengan larutan mikrostarter
-  Tutup dengan lumpur setebal 20 %
-  Kemudian dialiri dengan air setinggi 5 cm.
c)    Alternatif 3
Tinggi media total 70 cm. Penyusunnannya sebagai berikut ;
-  Tanah lumpur setebal 50 cm
-  Pupuk kandang setebal 20 cm
-  Air setinggi 3 cm
d)    Alternatif 4
Tinggi media total 50 cm dengan komposisi sebagai berikut ;
-  Tanah lumpur 80 %
-  Pelapah pisang (gedebog) busuk 10 %
-  Jerami busuk 10 %
-  Air setinggi 5 cm


Sumber : pustaka media










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUDIDAYA IKAN SISTEM KARAMBA